🥀32. Seperempat Jam Sebelum Subuh🥀

4.1K 190 13
                                    

Hari terakhir di Jogja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari terakhir di Jogja. Anna sempat protes karena Adam mengajaknya pulang secara tiba-tiba. Padahal semalam dosen itu tak mengatakan apapun, tapi paginya ia bilang, "pulang sore ini jam setengah empat." Tanpa dapat diganggu gugat.

Lima hari di Jogja tak mengobati rindu Anna pada kota kelahirannya itu. Ia hanya diam di rumah seperti cacing dalam tanah.

Setelah kejadian di pasar malam itu Anna tidak pernah lagi mengajak Adam keluar. Dan Adam pun termasuk kategori orang tidak peka se-Indonesia. Tidak berinisiatif untuk mengajaknya keluar juga.

"Ingat ya pesan Umma, jadi istri yang sholehah, nurut apa kata suami."

"Iya Umma, Ann selalu nurut kok sama Mas Adam,"

Bu Windu mengelus pucuk kepala putrinya dengan lembut. Seolah tak ingin melepaskan Anna untuk pergi jauh. Lima hari terlalu singkat.

"Ma, Ann sama Mas Adam ke Bandung dulu ya, nanti kalau Ann libur lagi, Ann sama mas Adam bakal ke Jogja lagi. Do'ain kami biar sampai dengan selamat," Anna memeluk tubuh Ummanya dengan erat. Satu bulir bening jatuh dari pelupuk matanya. Namun dengan sigap gadis itu mengelapnya.

"Iya, Umma selalu berdo'a yang terbaik buat anak-anak Umma,"

Pelukan Anna mengerdur, berganti pada Baba yang berdiri di sebelah Bu Windu. Anna juga memeluk tubuh Babanya seperti Umma. Pria paruh baya yang telah membesarkannya tanpa pamrih.

"Adam pamit ya Ma,"

"Iya Nak, hati-hati di jalan ya, jangan ngebut, alon-alon saja, nanti juga sampai."

"Iya Ma," usapan lembut Bu Windu berganti pada rambut Adam. Mengelus kepala lelaki itu dengan pelan.

Pak Agus melepaskan dekapannya. Mengelus pelan kepala malaikat kecil yang sekarang sudah menjadi istri muridnya. Tak pernah terbesit dalam pikirannya kalau malaikat kecilnya akan menjadi milik orang lain secepat ini.

Rasanya baru hari kemarin ia menggendongnya dikala tengah malam menangis. Beranjak balita tubuhnya yang makin mengurus itu sering terjatuh saat belajar berjalan. Lalu kemarinnya lagi ia baru melihat putrinya memakai seragam biru putih.

"Maafin Ann, Ba,"

Pak Agus tersenyum tipis lalu kembali mengelus kepala Anna. "Sudah, sana katanya mau pergi, nanti kemaleman di jalan,"

Anna mengangguk. Mempersilakan Adam untuk menyalimi tangan Babanya. Lelaki beda generasi itu saling berpelukan hangat. Pak Agus menepuk pelan punggung menantunya. "Bapak titip putri Bapak sama sama kamu ya, jaga dia baik-baik." Bisik Pak Agus yang dijawab dengan anggukan kecil dari Adam.

"Pamit dulu ya, Ma, Ba, assalamualaikum," Adam menautkan tangan kekarnya diantara jari-jemari istrinya. Melangkah meninggalkan dua orang yang masih diam di teras rumah.

"Nggak kerasa ya Ba, anak kita sudah menikah saja. Padahal kemarin masih kecil banget, masih minta ini-itu, manja, cengeng, eh sekarang sudah jadi istri orang saja,"

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang