"Saya nggak mau tidur sama Bapak."
"Saya bukan Bapak kamu."
"Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om."
"Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa."
Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adam baru sadar sekarang, pantas saja beberapa hari ini dirinya seperti menjadi pusat perhatian. Ia juga pernah memergoki mahasiswi yang terang-terangan menyebut Anna perempuan murahan. Ia kira itu bukan Annandhita, istrinya.
Entahlah, telinga lelaki itu seolah tuli untuk mendengarkan gosip. Juga Nova yang biasanya menjadi bahan terupdate setiap berita malah tidak memberitahunya. Ah, atau mungkin dia juga tidak dengar.
Tapi kalau sampai ada pembullyan, Adam tidak akan tinggal diam. Terlebih lagi yang mereka bully istrinya, perempuan yang harus Adam lindungan. Empat tamparan yang mendarat di pipi istrinya sampai membuat wajah perempuan itu memar.
Sungguh Adam tak akan melepaskan biang penyebar gosipnya. Memangnya dia tahu apa soal dirinya dan Anna?
Adam menghembuskan napas kasar lantas melepas kacamata minus. Jam setengah dua ia baru beranjak dari ruang kerja. Punggungnya sampai terasa sakit akibat terlalu lama duduk.
Lelaki dengan training hitam itu membuka pintu kamar dengan amat hati-hati. Tak ingin tidur Anna terusik.
Dilihatnya perempuan yang masih bergelung di bawah selimut itu dengan seksama. Kalau Pak Agus mengetahui masalah ini, beliau pasti akan memukulinya. Seperti ketika awal ia bertemu dengan Anna.
Adam ikut merebahkan diri pelan-pelan, menutupi separuh tubuhnya dengan selimut. Posisinya dengan Anna persis berhadapan, membuat lelaki itu leluasa untuk menatap wajah cantik istrinya. Luka lembam pada pipinya pasti tak akan menghilangkan sehari dua hari.
Mata perempuannya terpejam dengan rapat. Dengan sengaja Adam meniupnya, membuat perempuan itu menggeliat tak nyaman. Namun tak lama tidurnya kembali pulas.
Tidak tahu bagaimana ada perempuan sekuat dirinya. Padahal usianya masih jauh untuk dikatakan matang. Terkadang Adam berpikir bahwa dirinyalah yang kekanakan. Sering berbuat bodoh tanpa pertimbangan.
Perlahan tangan lelaki itu bergerak, mengusap wajah perempuannya dalam diam. Hanya hembusan napas teratur yang keluar dari hidung mancung Adam.
Pasti sakit sekali.
"Maaf ya," lirihnya. Seulas senyum tipis Adam perlihatkan.
[ PAK DOSEN ]
"Mau kemana?"
"Ke kampus lah, pake nanya."
"Nggak usah. Di rumah saja."
"Maksudnya?" Pekik perempuan itu.
"Hari ini nggak usah kuliah, di rumah saja."
Anna memberengut tak terima. "Aku ada ujian."
"Ikut susulan saja."
"Nggak mau."
"Nurut sama suami Ann,"
"Tapi nggak gitu juga. Permintaan kamu aneh, hari ini aku ada ujian, malah disuruh di rumah."