"Adam kok nggak pernah jengukin aku lagi si Pa?"
Pak Seto yang tengah membersihkan body mobil langsung menghentikan kegiatannya. Melihat sang putri yang terduduk di atas kursi roda dengan wajah cemberut.
"Sibuk mungkin Sheil,"
"Masa sibuk terus sampai nggak ada waktu buat jengukin aku. Nggak apa-apa kok kalau dia mau cepet-cepet pergi, yang penting kesini. Sheilla kangen Pa sama Adam,"
"Jangan gitu dong, Adam juga punya kesibukan. Sebentar lagi kan semesteran toh kata Bimo, dia pasti sibuk banget, Sheil, ngerti ya,"
"Tapi Pa, aku ini lagi sakit. Wajar dong kalau aku pengen ditemenin pacar, aku juga butuh support system dari luar,"
"Papa ngerti perasaan kamu, tapi jangan selalu bawa-bawa Adam dalam semua hal."
"Kok Papa gitu si, Sheilla kan cuma bilang kangen sama Adam, kenapa Papa marah? Bukannya Papa yang ngedukung Sheilla buat sama Adam? Kata Papa dia laki-laki yang baik, cocok buat dijadiin menantu."
"Terus kenapa sekarang Papa kaya nggak ngedukung aku sama Adam? Papa selalu ngehindar saat Sheilla tanya soal Adam, kenapa Pa?"
Pak Seto menghembuskan napas panjang. Lelaki paruh baya itu meletakkan kanebo penuh busa itu lantas mencuci tangannya.
Hampir setiap hari beliau mendapat pertanyaan yang sama dari Sheilla. Putrinya terus-terusan menanyakan Adam. Membuatnya harus selalu memutar otak agar Sheilla percaya. Entah sampai kapan beliau bisa menyembunyikan kenyataan menyakitkan itu dari putrinya.
Pak Seto duduk di teras rumah. Matanya terpejam sejenak sebelum hembusan napas gusar terdengar dari mulutnya. "Dengerin Papa ya nak," Pak Seto menjeda ucapannya. Melihat Sheilla yang juga menatapnya dengan bingung.
"Papa nggak usah bikin Sheilla penasaran deh, Adam kenapa?"
"Adam-," kata Pak Seto kembali menggantung. Beliau tidak siap melihat Sheilla kembali memburuk. Pasti berita pernikahan Adam membuatnya terpuruk. Ia sungguh tidak rela melihat kondisi Sheilla seperti beberapa waktu lalu. Luka ditubuhnya baru saja mengering, belum hilang bekasnya.
"Pa, Adam kenapa? Dia baik-baik aja kan? Adam nggak sakit kan Pa? Bilang dong sama Sheilla, Adam kenapa? Jangan buat Sheilla penasaran,"
Tidak. Dirinya tidak sanggup untuk mengatakan kebenaran itu sekarang. "Adam tidak apa-apa, dia semalem telepon Papa, jam sebelas mungkin, katanya mau ketemu kamu besok, kamu mau kan? Kalau hari ini belum bisa," katanya dengan bibir yang dipaksa mengembang.
"Benarkan Pa? Nggak bohong kan?" Lihat saja sekarang, bagaimana Pak Seto bisa tega melukai hati putri kecilnya. Hanya dibohongi Adam mengajaknya bertemu saja, dia sudah sangat kegirangan.
"Iya, besok. Jam delapan malam,"
Wajah cantik Sheilla tampak berseri-seri. Gadis itu sangat bersemangat untuk bertemu kekasihnya. Sudah hampir seminggu Adam tidak menjenguknya ke rumah. Padahal kalau di rumah sakit hampir setiap hari nggak pernah absen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Random"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...