Anna masuk dengan menenteng dua kantong plastik besar. Setelah mengunci pintu depan, Anna naik ke kamarnya. Melepas pakaian yang membalut tubuhnya seharian. Jam tangan yang melingkar di pergelangan kiri Anna menunjuk pukul empat seperempat.
Anna lebih dulu mandi lalu kembali turun ke lantai bawah. Membongkar belanjaan yang baru dibelinya. Menyusun ke dalam lemari pendingin untuk persediaan satu minggu kedepan.
Dulu saat masih di Jogja, Anna tidak perlu repot-repot masak setiap hari. Ada Umma yang akan menyiapkan semua kebutuhannya sebelum berangkat. Bahkan kotak bekalnya pun Umma yang menyiapkan. Anna tinggal siap-siap dan sarapan dengan damai.
Annandhita tidak tergolong sebagai gadis mandiri. Hari-harinya hanya diisi untuk sekolah dan belajar. Sesekali membantu Umma membuat bolu jika banyak pesanan. Juga ada Arhan yang selalu menjaga Anna jika gadis itu pergi. Anna tidak akan dibiarkan pergi seorang diri, pasti ada Baba atau abangnya yang menemani.
Anna tidak terbiasa hidup mandiri. Sedangkan di Bandung bersama Adam mengharuskannya serba sendiri. Anna tidak bisa memberatkan Adam terus-menerus. Maka dari itu mulai sekarang ia akan belajar mandiri sekaligus menjadi istri yang baik untuk Adam.
Semalam Anna sudah menyusun jadwal untuk ia biasakan setiap hari. Mulai dari bangun jam empat atau setidaknya harus lebih dulu dari Adam. Menyiapkan sarapan, menyiapkan perlengkapannya dan Adam untuk ke kampus dan membersihkan rumah. Anna harus bisa menjadi perempuan mandiri seperti yang Adam minta.
Anna sudah menjadi seorang istri, sikap labilnya harus lebih berkurang sedikit demi sedikit.
Pukul setengah enam semua masakan sudah tersaji rapi di atas meja. Ada capcay, sayur asem dan tempe goreng. Semua resepnya pun, Anna dapatkan dari google.
Anna membenahi ikatan rambutnya yang sudah mengendur.
Sembari menunggu Adam pulang, Anna berniat membereskan ruang kerja dosen itu. Beberapa hari ini Anna memang tidak sempat karena terburu-buru saat pagi. Dan kebetulan ruangan itu tidak dikunci, Anna segera masuk lalu menghidupkan lampu. Membuka dua jendela yang langsung mengarah pada jalanan komplek.
Ruangan berukuran 4×4 itu tampak berantakan. Banyak kertas-kertas yang berserakan di lantai. Anna memungutnya satu-persatu lalu membuangnya ke dalam tempat sampah. Lemari kecil yang entah isinya apa sudah tampak berdebu.
Di pundak gadis itu menyampir sebuah lap dengan tangan kanan yang memegang sapu. Anna sangat mirip seperti ibu-ibu, apalagi dengan daster seperti sekarang. Gadis itu memang suka mengenakan daster ketimbang celana ketika di rumah.
Anna membuka lemari kecil yang ada di ruangan Adam. Isinya hanya buku-buku tebal yang tersusun rapi. Sepertinya buku Adam dari semester satu sampai ia lulus S2. Anna membukanya, tulisan Adam sangat rapi. Ada juga beberapa makalah penelitian yang masih ia simpan sampai sekarang.
Binder berwarna hitam tanpa corak membuat Anna penasaran. Ia membukanya, membaca lembaran demi lembaran tulisan Adam. Sampai di lembaran ke-lima ia menemukan sebuah foto.
Anna tidak pernah melihat perempuan di foto itu. Ia tersenyum ke arah kamera, sangat cantik. Tubuhnya kurus dengan tinggi badan yang ideal. Kulitnya putih dan alis yang hampir menyatu.
Anna sangat ingin tahu foto siapa yang ada di binder harian Adam. Namun sudah setengah jam ia mengobrak-abrik isi lemari Adam, sama sekali tak ada petunjuk yang Anna dapatkan. Sampai bertepatan dengan adzan magrib, suara ketukan pintu terdengar dari bawah.
Anna buru-buru mengambil foto itu dan kembali menata buku-buku Adam ke dalam lemari. Setelahnya ia berlari ke bawah karena semakin lama ketukan itu semakin keras.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," Annandhita meraih punggung tangan Adam lalu menciumnya dengan pelan. Tangannya terulur untuk meraih tas Adam.
"Lagi ngapain?" Tanya Adam karena penampilan Anna terlihat mengenaskan dengan anak rambut yang berantakan.
Anna meringis pelan. "Beresin ruang kerjanya Mas Adam,"
"Mas mau mandi air hangat?"
"Nggak usah."
Anna mengangguk. Adam mengambil kain lap yang menyampir di pundak istrinya. "Kamu aja yang mandi duluan,"
"Aku sudah mandi,"
Kening Adam mengkerut.
"Yasudah, saya mandi dulu." Ucapnya sambil berlalu.
Anna kembali masuk ke ruangan Adam. Meletakkan tas dosen itu dan lanjut membereskan kekacauan yang ia buat. Foto perempuan yang ia temukan di binder harian Adam sudah Anna amankan.
Selesai menyapu, Anna menyusul Adam untuk cik air dari kamar mandi masih terdengar.
Anna membuka lemari lalu mengambil sarung HBS dan koko pendek warna putih. Meletakkannya di atas kasur.
[ PAK DOSEN ]
"Enak Mas?"
Adam mengangguk membuat Anna memekik kegirangan. Layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Sorot matanya berbinar sembari memperhatikan Adam yang terus menguyah masakan buatannya.
"Kamu yang masak?"
"Iya dong," jawab Anna jumawa.
"Kenapa nggak makan?"
"Lihat mas Adam aja udah kenyang," kekeh Anna.
Adam yang masih mengunyah, sontak saja terdiam.
"Ngomong apa Ann?" Tanyanya memastikan.
"Lihat Mas Adam aja udah kenyang," ulang Anna dengan senyum merekah.
Adam sendiri hanya berdehem. Menetralkan detak jantungnya yang mulai berirama tidak normal. Dasar labil.
Anna terus memperhatikan Adam dalam diam. Gadis itu bahkan tak menyentuh sendoknya sama sekali.
"Mas Adam capek nggak seharian ngajar?"
Kening Adam mengernyit, tumben sekali gadis itu perhatikan dengannya. "Lumayan,"
"Mau saya buatin kopi?"
Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Boleh," jawabnya sambil berdehem.
"Tiga banding satu, tunggu sebentar,"
Secepat kilat Anna berjalan ke dapur. Membuat kopi kesukaan Adam, tiga sendok kopi dan satu sendok gula. Anna pernah sekali mencoba, rasanya sangat pahit. Tapi anehnya Adam suka.
Adam sendiri memperhatikan Anna dari jauh. Mengamati gadis itu apa ada yang salah dengannya hari ini. Mungkin saja Anna kepala benjol akibat terbentur meja.
Melihat perubahannya hari ini membuat Adam bingung.
"Bawa ke atas saja Ann, sebenar lagi saya nyusul." Perintahnya.
Anna mengangguk tanpa protes sedikit pun. Adam jadi tambah curiga. Gadis itu bukan seperti Annandhita yang ia kenal.
Adam menyendokkan suapan terakhir ke dalam mulutnya. Membawa piring kotornya ke cucian lalu menutup meja makan. Lelaki itu menyusul Anna ke atas.
"Lhoh kok udah Mas?"
"Sudah," jawab Adam.
"Saya ke bawah dulu ya,"
Baru dua langkah Anna berjalan, namun Adam lebih dulu menggapai lengannya. Membuat gadis itu berhenti dan berbalik. Raut wajahnya seolah bertanya 'kenapa?'.
"Nggak usah, kamu disini aja,"
Lagi dan lagi Anna menurut membuat Adam semakin bingung. Ada apa dengan istrinya ini?
Adam menuntun Anna untuk duduk di tepian kasur.
"Kenapa Mas?"
Adam menggaruk tengkuknya. "Kamu sehat Ann?" Tanyanya ragu-ragu.
"Saya nggak sakit,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Random"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...