🥀81. Takut 🥀

2.4K 107 21
                                    

"Dek, masih marah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dek, masih marah?"

"Maaf, Mas bener-bener nggak tahu film semalam isinya gituan semua, maaf ya,"

"Dek,"

"Dek,"

Masih belum ada sahutan yang keluar dari mulut Anna. Perempuan itu mengunci mulutnya rapat-rapat sejak semalam.

Anna masih tak habis pikir dengan tingkah absurd Adam. Bisa-bisanya lelaki itu tidur nyaman tanpa terusik sedikitpun. Bahkan sampai Anna membangunkannya berkali-kali pun Adam masih enggan membuka mata.

Alhasil Anna meninggalkannya seorang diri di ruang teater. Tak peduli kalau Adam seperti orang hilang.

"Dek, Mas minta maaf, janji deh lain kali nggak bakal ngajak kamu nonton film begituan lagi,"

"Oh, maksudnya mau nonton sendiri, gitu?" Jawab Anna galak.

"Enggak, salah paham kamu nih, maksudnya-"

"Apa? Apa? Maksudnya kamu mau nonton film gituan lagi, gitu? Mesum banget."

"Enggak, astaghfirullah, Mas aja nggak tahu kalau filmnya gitu semalem, Mas asal beli. Lagian kata Ibnu itu film udah lama banget, ngapain diputar lagi coba, jangan salahin Mas dong,"

"Kamu tetep aja salah. Ngeselin."

"Iya, Mas yang salah, Mas minta maaf ya,"

Anna menggelembungkan pipi dengan kesal. Masih setengah hati sebenarnya untuk melupakan kekonyolan Adam semalam. Sampai kapanpun Anna tidak bisa lupa dengan kejadian itu.

"Iya." Jawab Anna masih ketus.

"Beneran dimaafin apa nggak nih, nggak ikhlas banget mukanya. Senyum dikit dong biar cantiknya makin nambah,"

Dengan terpaksa Anna menampilkan deretan gigi putihnya seperti iklan odol di tv. "Iya, tak maafin, tapi sekali lagi nonton film begituan, tak sunat lagi burungmu. Dosa."

"Iya, kalo nggak khilaf,"

"Mas."

Adam terkekeh lantas mencubit pipi istrinya yang sudah memerah seperti tomat. Menciumnya beberapa kali sebelum mengecup bibir perempuan itu singkat. "Ngapain nonton kalau Mas aja bisa praktik langsung. Kan sama kamu,"

"Apaan si? Lepas ih, sakit! Jangan ditarik-tarik." Kesal Anna saat tangan nakal Adam menarik kedua pipinya. Membuat wajah perempuan itu tambah merah padam.

"Nah, kalau sudah marah-marah begini Mas percaya istri Mas sudah nggak marah, iya kan bidadari?"

"Iya."

Lagi-lagi Adam tersenyum sumringah, mencium pipi merah istrinya yang terlihat sangat kenyal seperti mochi. Bahkan Adam sampai menggigitnya karena saking gemas.

"Mau kemana?" Tanya Annandhita saat menyadari suaminya sudah berpakaian rapi. Ia bahkan mencium aroma parfum dari tubuh Adam. Tumben sekali.

"Kedepan sebentar, mau nitip apa? Nanti sekalian tak beliin pas pulangnya"

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang