🥀70. Dukungan Suami 🥀

3.1K 143 7
                                    

"Bim,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bim,"

"Hm,"

"Kamu tahu siapa istrinya Adam?"

Bimo langsung mengalihkan tatapannya pada gadis yang duduk anteng di kursi sebelah. Tubuhnya dibalut dengan jaket kebesaran dan kulot panjang. Wajah gadis itu tampak sendu.

"Tahu."

"Dia lebih cantik dari Mbak ya?"

"Enggak. Cantikan Mbak Sheilla. Mas Adam aja yang matanya rabun nggak bisa bedain mana yang cantik mana yang jelek."

"Hust, ngomongnya,"

"Emang bener."

"Nggak boleh ngomong gitu Bim, kamu kalau ada yang bilang Mbak jelek mesti nggak suka kan?" Bimo mengangguk. "Makanya jangan gitu sama orang lain,"

"Tapi Mbak sendiri yang tanya, Bimo jawab jujur dong." Keukeh cowo itu tak mau kalah.

Sheilla menghembuskan napas panjang. Suasana kembali hening, hanya alunan musik jazz dari salah satu penyanyi Indonesia yang terdengar.

Tak sampai setengah jam Bimo menghentikan laju mobilnya. Lampu-lampu taman berkelip dengan warna terang. Bimo menoleh sekilas sebelum keluar. Membukakan pintu mobil untuk kakaknya lantas mendudukkan gadis itu di kursi.

"Tunggu ya Mbak, aku ambil tongkatnya dulu,"

Sheilla mengangguk. Menghirup oksigen dalam-dalam. Udara malam terasa sangat dingin menusuk kulitnya. Entah kenapa mata gadis itu tiba-tiba memanas saat melihat dua muda-mudi yang saling bergandengan tangan. Menggenggam jari-jemari pasangannya dengan erat.

Andai Adam tidak mengkhianatinya, pasti sekarang lelaki itu  yang bersama Sheilla, bukan Bimo. Sheilla rindu masa-masa yang ia habiskan bersama Adam. Sheilla ingin mengulang setiap detik yang ia habiskan bersama lelaki itu. 

"Yang salah Mas Adam, Mbak Sheilla nggak berhak nyiksa diri kaya gini."

Pandangan Sheilla mengabur saat setetes cairan bening keluar dari matanya. Namun dengan cepat gadis itu mengusapnya, mencoba menghilangkan semua memori tentang Adam.

"Jangan sok tahu deh kamu,"

"Aku sama Mbak Sheilla bukan orang asing yang baru kenal sehari dua hari, kita lahir dan tumbuh di keluarga yang sama. Aku ngerti semua yang Mbak rasain, Mbak belum bisa kan ngelupain Mas Adam? Nggak ada yang harus ditutup-tutupin lagi dari aku, percuma."

"Ngomong apa si kamu? Anak kecil nggak usah ikut campur urusan orang dewasa."

Bimo menghela napas panjang lantas berdiri. Kedua tangannya terkepal dengan kuat. Ingin sekali ia menghajar laki-laki brengsek yang telah menghancurkan kakaknya.

Bimo tidak rela melihat gadis itu terpuruk seperti ini. Matanya tampak sembab seperti baru digigit tawon puluhan kali.

"Mbak mau makan apa?"

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang