Sepanjang perjalanan Anna hanya diam. Pandangannya lurus ke depan memerhatikan jalanan yang masih diguyur hujan. Sama sekali tak mengindahkan Adam yang duduk di sampingnya.
Anna masih kesal karena Adam menarik tangannya secara paksa. Menyuruhnya untuk ikut lelaki itu pulang. Anna sungguh tidak ingin pulang, apalagi bersama Adam. Entah bagaimana bisa lelaki menemukannya. Padahal Anna sengaja mematikan mode dering dalam handphonenya. Supaya tidak terganggu dengan chat dan telepon dari lelaki itu.
"Nggak usah kekanak-kanakan bisa nggak si?!" Ucap Adam dengan datar. Berkali-kali lelaki itu mendengus. Dirinya sungguh khawatir. Adam tidak tahu sebab perempuan itu kenapa.
"Kalau saya telepon itu dijawab, jangan bikin orang panik. Pergi nggak bilang-bilang. Kamu pikir saya nggak khawatir?! Chat nggak dibales, ditelepon juga nggak pernah diangkat."
"Nggak kedengeran," cicit Anna.
"Nggak kedengeran atau emang sengaja?! Tujuan kamu sebenarnya itu apa si Ann? Saya nggak habis pikir sama jalan pintas yang kamu gunain, kekanak-kanakan. Belajar dewasa, kamu bukan anak kecil lagi yang harus saya cari!"
"Mau kemana kamu sama cowo itu malem-malem?! Nggak usah drama, kalau ada masalah bilang, selesaiin bareng-bareng, jangan kabur-kaburan. Dipikir kerjaan saya cuma ngurusin kamu?!"
Entah emosi Anna saja yang sedang tidak stabil atau kata-kata Adam memang kasar. Tapi yang jelas Anna menahan dirinya supaya tidak menangis. Kata-kata Adam seperti mencubit hatinya.
Anna tidak mengelak apapun. Sekata lagi ia berucap, Anna yakin jika dirinya akan menangis.
Mobil Adam berhenti tepat di depan gerbang rumah. Anna segera turun lalu membukanya, seperti biasa.
Memejamkan matanya sejenak, Anna menghirup oksigen dalam-dalam. Hatinya sakit semesta! Ucapan Adam terlalu menyentil dirinya. Tidak bisakah ia berkata lebih lembut lagi.
Anna lebih dulu masuk ke dalam rumah. Naik ke kamarnya dengan langkah gontai. Tak lama Adam juga ikut masuk. Lelaki itu melempar jaketnya dengan asal ke atas kasur.
"Dari mana kamu?" Tanya Adam lagi dengar suara yang masih belum berubah.
Jujur saja suara Adam membuat Anna ngeri. Sepertinya ia benar-benar marah.
"Dari luar,"
"Dari mana?"
"Tadi kan Mas Adam lihat,"
"Sama cowo itu? Ngapain?!"
"Nggak ngapa-ngapain, saya cuma sendiri. Terus nggak sengaja ketemu Alan,"
"Nggak usah bohong. Ngapain kamu keluar malem-malem gini?!"
Adam berdiri menjulang di depan Annandhita yang tertunduk di meja belajar. Perempuan itu tak berani untuk sekedar menatap wajah suaminya. Adam lebih menyeramkan daripada singa yang kelaparan. Wajahnya terus berkerut sedari tadi. Kedua alis tebalnyapun turut mencuram. Membuat lelaki itu terlihat semakin garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Acak"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...