🥀57. Duh, Salah Ngomong 🥀

3.6K 169 5
                                    

Adam duduk di kedai sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adam duduk di kedai sendirian. Seperti remaja yang baru putus cinta saja dirinya. Padahal umurnya sangat jauh untuk dikatakan demikian.

Gusar. Pikiran lelaki itu berkecambuk. Harusnya setelah mengambil keputusan itu hatinya menjadi lega. Namun justru sebaliknya, ada rasa tak tega terhadap Sheilla. Adam sangat tahu bagaimana perasaan Sheilla terhadap dirinya.

Tepatkah ia memutuskan Sheilla sekarang?

Adam mengurut kening, kepalanya berdenyut nyeri sedari tadi. Aneh, sakit dan mual terus Adam rasakan belakangan ini.

Adam melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, sudah hampir jam lima. Lelaki itu berjalan meninggalkan kedai dengan langkah gontai. Motornya melaju sedang membelah jalanan Kota Bandung yang padat. Lelaki itu sempat terjebak macet, mengingat sekarang adalah jam-jam orang pulang bekerja.

Sampai rumah Adam langsung mengetuk pintu, tak lama istrinya keluar. Lelaki itu tersenyum kecut. Anna mengambil alih tasnya lalu mengikuti langkah besar Adam ke dalam rumah.

"Capek banget kayaknya, mau aku siapin air anget buat mandi?"

"Ndak usah,"

"Yasudah, mau makan sekarang apa nanti?"

"Nanti,"

Percakapan berakhir karena dengan segera tubuh Adam menghilang di balik pintu kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Pikirannya terasa sangat ruwet. Entahlah bagaimana dengan Sheilla kalau tahu Adam sudah menikah. Membayangkannya saja sudah membuat Adam tak tega.

Adam keluar dengan kaos polos putih dan celana training panjang. Mengeringkan rambut dengan handuk sebelum menyisirnya. Pandangan lelaki itu mengedar, mencari keberadaan istrinya yang entah dimana. Padahal laptopnya masih menyala dengan kertas-kertas berserakan di atas tempat tidur. Mengingat seminggu lagi ujian semester akan diadakan. Kerap kali perempuan itu mengeluh tugas yang tidak habis-habis. Tapi dirinyapun tak bisa berbuat banyak selain ikut begadang menemani Annandhita.

Adam turun, mencari istri kecilnya yang entah ada dimana. Namun rupanya perempuan itu sedang berada di dapur, membuat secangkir kopi.

"Nanti nggak usah masak ya, kita makan di luar."

"Iya,"

"Singkat banget jawabnya,"

"Terus aku harus jawab gimana?"

"Iya, suamiku sayang, gitu atuh,"

Memutar bola mata malas, kumat lagi deh penyakit alaynya. "Iya, suamiku sayang, puas?"

Adam terkekeh lantas mencubit pipi Anna dengan gemas. Membuat perempuan itu berdecak sebal.

[  PAK DOSEN ]

"Mau bunuh diri kamu?"

"Ha?!" Kening Anna mengernyit, bunuh diri? Apa maksudnya coba.

"Kamu mau bunuh diri?" Ulang Adam dengan nada jengkel.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang