🥀08. Anna Khawatir 🥀

3.1K 171 1
                                    

Kopi yang sudah mendingin sama sekali tak Adam sentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kopi yang sudah mendingin sama sekali tak Adam sentuh. Tangannya sibuk membolak-balikkan lembar proposal mahasiswanya namun pikiran dosen muda itu tidak disana.

Adam membuang napas kasar. Pulpen yang ada di tangannya ia lempar ke sembarang sampai berbunyi, Tik. Pulpen itu membentur pintu.

Adam membuka handphonenya.

Aku pulang satu minggu lagi Dam, kamu jemput di Bandara ya,

Isi chat itu ternyata masih sama, tidak berubah barang satu huruf pun.

Sheilla, perempuan yang pernah mengisi takhta tertinggi dalam hati Adam. Ah bukan pernah, tapi masih. Adam masih sangat mencintai gadis manis berlesung pipit itu.

Dam, kamu kenapa?

Lagi, Adam hanya melihat pesan gadis itu tanpa berniat membalasnya. Kepala Adam berdenyut memikirkan apa yang terjadi satu minggu lagi ketika tunangannya mengetahui Adam sudah menikah.

Lebih dari lima tahun mereka menjalin hubungan. Rencana yang matang sudah Adam persiapkan. Setelah Sheilla pulang, Adam akan mengenalkan gadis itu pada kedua orang tuanya.

Namun rencana yang sudah Adam susun dari berbulan-bulan lalu itu sepertinya harus kandas. Bisa dibunuh pak Agus ia kalau sampai ketahuan menduakan Anna.

Adam membereskan lembaran-lembaran kertas itu dengan asal. Ia lalu menutup laptop dan menjadikannya satu tumpukan ke atas.

Sesaat pandangan mata Adam jatuh pada seorang gadis yang tengah bersantai ria membaca novel. Gadis itu belum menyadari keberadaan Adam di ambang pintu.

Adan tak menggubris, ia membuka lemari lalu mengambil kaos singlet dan celana training panjang.

"Pak Adam mau kemana?" Tanya gadis itu setelah mendengar pintu lemari dibuka.

Anna meneguk minuman soda sambil membaca novelnya. Sesekali ia memekik kegirangan karena kedua tokoh dalam cerita itu bertingkah sangat menggemaskan.

"Keluar." Setelah menjawab itu tubuh Adam langsung menghilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup.

Anna mengedikkan bahu, ia melanjutkan bacaannya yang sempat terhenti karena Adam. Toh juga nanti dia pulang sendiri.

Adam melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ada dua buah earbuds putih yang menyumpal telinganya.

Mobil Adam berhenti tepat di depan sebuah pusat kebugaran. Lelaki itu melangkah masuk. Seperti biasa, disana ada berbagai perlengkapan olahraga lengkap dengan instrukturnya. Adam sudah tidak asing lagi dengan tempat ini.

[ PAK DOSEN ]

Anna berdecak kesal memperhatikan jam dinding yang terus berputar. Hari semakin malam dan matanya semakin mengantuk.

Anna kembali mengotak-atik handphone untuk menghilangkan takut. Apa lelaki itu tidak bisa sekali saja menghubungi Anna untuk mengatakan dia dimana. Anna jadi takut sendiri kalau sampai terjadi apa-apa dengannya di jalan.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang