🥀79. Dua Minggu 🥀

2.5K 116 8
                                    

Adam menghujani wajah cantik Annandhita dengan ciuman bertubi-tubi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adam menghujani wajah cantik Annandhita dengan ciuman bertubi-tubi. Mengecup setiap centi wajah perempuannya. Lantas memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat.

"Kamu mau lari?"

"Enggak ah, nanti kalo udah rada siangan jalan-jalan aja ya sama kamu."

Anna mengangguk. Kembali merentangkan tangannya lebar-lebar untuk Adam peluk.

"Cantik banget si bidadari Mas," puji Adam setelah mengecup kening istrinya. Mengusap kepala Anna dengan lembut.

"Papa kamu juga ganteng bayi," balas Anna dengan malu-malu. Membuat Adam terkekeh gemas lantas mencubit pipi perempuannya. Huh, persis seperti kue mochi.

"Mau sarapan di rumah apa di luar sekalian?"

"Di rumah aja, kasian Umma udah masak."

Adam melepas peci hitam, meletakkannya di atas meja. Lantas beralih pada Annandhita, melepas mukena yang istrinya kenakan.

Banyak perubahan yang Anna rasakan selama setahun ia menikah. Dari Adam yang awalnya sangat dingin sekarang menjadi hangat. Dari dirinya yang dulu hanyalah gadis labil, sekarang menjadi perempuan dewasa.

Tapi terkadang Anna masih iri saat melihat instastory kawan-kawannya di media sosial. Mereka bisa menikmati masa peralihan remaja menjadi dewasa dengan menyenangkan.

"Kukunya kok panjang-panjang Dek, udah berapa minggu belum dipotong ini?" Tanya Adam sambil mengangkat kaki istrinya. Meletakkannya di paha lelaki itu.

"Lupa Mas, biasanya Kak Arhan yang motongin, aku udah susah buat jongkok,"

"Mas potong ya, sama tangannya sekalian, punggung Mas perih tadi kena air, kamu ganas banget semalem,"

"Maaf,"

Selesai membereskan alat sholat, Adam mencari gunting kuku. Benda keramat yang sering sekali hilang saat dicari. Tapi bisa tiba-tiba ketemu saat tidak dibutuhkan.

"Di laci mungkin Mas," kata Anna saat melihat suaminya yang mondar-mandir. Dan benar saja, setelah Adam membuka laci, senyum lelaki itu langsung terbit. Menunjukkan gunting kuku warna pink pada istrinya.

"Pupa masih kamu simpen kan Mas? Nggak dibuang?"

"Masih di lemari, kenapa? Tumben banget inget sama panda itu,"

"Mungkin aja udah kamu buang, kamu kan musuh banget kalo sama Pupa."

"Jelas, secara dia suka ngerebut posisi tidur Mas buat kamu peluk."

Anna geleng-geleng kepala. Memerhatikan tangan Adam yang lincah di bawah. Lelaki itu duduk beralas karpet, sedangkan Anna di atas kasur. Sungguh kandungan Anna yang makin membesar, membuat perempuan itu susah untuk jongkok.

Tidak pernah terbayang di pikiran Anna kalau dia harus menjadi ibu di usia yang sangat muda. Sembilan belas tahun saja belum genap. Anna mengelus perutnya dengan sayang. Tak lama tangan perempuan itu berganti memilin rambut Adam yang tengah menunduk.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang