Sembilan bulan yang terasa sangat singkat. Anna bahkan sampai lupa kapan terakhir kali Adam mengantarkannya ke rumah sakit untuk cek up kandungan.
"Susunya diminum dulu ya, Umma mau ke pasar sebentar,"
"Iya Ma. Ma, nanti Mas Adam jadi kesini kan?"
"Lhoh, kok tanya Umma, kamu kan istrinya. Memang Adam belum kasih kabar lagi?"
Anna menggeleng. "Ann udah chat, tapi belum dibales. Telepon juga nggak diangkat. Mas Adam bohong lagi ya Ma, padahal Ann udah kangen banget. Hampir sebulan Mas Adam nggak ke Jogja."
"Sibuk mungkin Ann, sabar ya, Adam sibuk kerja juga demi kalian, kamu sama anak kamu. Nanti kalau sempat pasti kesini,"
"Harusnya nyempetin Ma, bukannya kalau sempat,"
"Iya, Umma ke pasar dulu ya, beli bahan-bahan kue, kamu di rumah saja. Nanti kalau ada apa-apa telepon Umma atau Baba, ya Ann,"
Anna mengangguk lesu lantas mencium tangan Ummanya. Air muka perempuan itu tampak tak bersemangat.
Anna merindukan sosok Adam yang hangat. Anna rindu setiap usapan lembut yang Adam berikan sebelum tidur.
Anna rindu setiap rayuan yang Adam lontarkan sampai membuat pipi Anna bersemu merah.
Anna rindu saat dengan sabar Adam menyuruhnya untuk makan.
Anna rindu ketika Adam memeluk tubuhnya sangat erat lantas mencium keningnya.
Dan Anna rindu dengan semua yang ada pada lelaki pemilik alis tebal seperti ulat itu. Dengarkah engkau semesta?! Kapan Adamnya akan pulang?!
Degh
Jantung Anna berdegup sangat kencang saat tiba-tiba anaknya bergerak. Menendang perut perempuan itu. Menyadarkan dari lamunan Anna tentang Adam.
"Masyaallah, bayi juga rindu Papa ya?" ucap perempuan itu sambil mengelus perutnya yang sangat buncit.
Tinggal menunggu seminggu lagi sebelum kelahiran anak pertama mereka dilakukan. Namun Adam belum juga datang untuk menemaninya. Anna ingin mengulang saat-saat dulu, waktu ia belum pindah ke Jogja.
"Sabar ya bayi, Papa sebentar lagi pasti kesini. Mama yakin Papa juga rindu sama kamu." Ucapnya.
Dengan perlahan Anna bangkit, berjalan ke kamar mandi dengan langkah kecil. Kakinya bahkan sampai bengkak. Membuat Anna terlihat lebih bulat, persis seperti bola basket.
Rumah Ummanya terlihat sangat sepi. Kakak dan ayahnya sedang pergi, sedangkan Umma pamit ke pasar.
Anna mengambil wudhu lantas memakai mukena putih. Tubuhnya sudah sangat berbeda, gendut dan pendek. Tidak seperti perempuan seusianya yang terobsesi dengan badan ramping.
Anna mengambil Al-Qur'an dari dalam laci lantas membukanya. Membaca lantunan ayat-ayatullah dengan suara lembut. Perempuan itu tampak khusyuk dengan sesekali isakan kecil yang lolos dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Random"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...