"Saya nggak mau tidur sama Bapak."
"Saya bukan Bapak kamu."
"Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om."
"Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa."
Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Emang kamu bisa masak?"
"Bisa dong, nanti Kakak mau aku masakin apa?"
Arhan memincing. Menatap adik satu-satunya dengan tak yakin.
Sejak kapan adiknya yang manja itu bisa masak?
Pernah sekali saat Umma sakit dan tidak ada lauk di rumah. Arhan meminta Anna membuat telur dadar. Dan kalian tahu rasanya seperti apa? Sangat asin. Entah seberapa banyak Anna memberikan garam pada telur itu.
"Emang bisa masak apa aja?" Tanya Arhan penuh curiga. Jangan-jangan adiknya mengada-ada biar tidak dikatakan manja lagi.
"Banyak. Tanya aja Mas Adam. Kata mas Adam masakan aku juga enak kok," jawab Anna jumawa.
"Bener Dam?" Selidik lelaki itu.
Adam meneguk air putih lalu menatap adik dan kakak itu secara bergantian. Sarapan pagi ini memang Anna membantu Umma turun ke dapur. Sekalian mengasah skill memasaknya agar lebih ahli.
"Lumayan," jawab Adam seadanya.
Anna memberengut. "Kok lumayan si Mas? Kalo aku tanya juga jawabnya enak terus."
Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Arhan sontak tertawa. Membuat Bu Windu dan Pak Agus menatap putra sulungnya dengan bingung.
"Nanti keselek Ar," tegur Umma.
"Marahin aja tuh Ma." Kompor Anna.
"Kakak yakin nih, Adam ngomong enak biar kamu nggak marah-marah terus. Iya nggak Dam?" Sahut Arhan dengan cekikikan. Lelaki itu lantas meneguk air putih hingga tandas.
"Nggak dong, Mas Adam kan baik, nggak kaya Kak Arhan, nyebelin."
"Biarin yang penting ganteng."
"Iya ganteng kalo dilihat dari sedotan pucuk Monas."
"Dih, gantengan juga Kakak daripada suami kamu tuh,"
Anna memberengut. "Dih, gantengan Mas Adam kemana-mana."
Arhan ingin kembali menyahut. Namun urung saat Baba menegurnya. "Sudah Ar,"
Kalo Baba yang menegur, Arhan dan Anna pasti langsung diam. Namun tatapan dua kakak beradik itu masih sengit. Menyorot satu sama lain dengan alis mencuram.
[ PAK DOSEN ]
"Mas, tapi aku bingung. Ntar aku harus gimana sama Pak RT?"
"Ya nggak gimana-gimana, udah cepetan turun."
Adam lebih dulu membuka pintu mobil, meninggalkan Anna yang masih berpikir gelisah.
Ia harus bereaksi seperti apa nanti?
Anna berdecak, Adam tidak sabaran. Lelaki itu bahkan sudah masuk ke dalam rumah. Sedangkan ia sendiri ditinggalkan di dalam mobil. Dasar tidak sabaran.