Sudah hampir dua minggu Sheilla koma. Hampir dua minggu itu pula Adam terus rawa-riwi ke rumah sakit. Tak jarang ia sampai berbohong pada Anna untuk menutupinya.
Walau bagaimanapun juga belum ada kata 'PUTUS' yang terucap darinya maupun Sheilla. Adam selingkuh? Ya, secara tidak langsung. Walaupun sebenarnya tidak ada niatan sedikitpun untuk itu.
Adam memandangi wajah Sheilla yang tampak pucat. Matanya terpejam dengan rapat. Hanya ada mereka di ruangan ini.
Adam menghela napas panjang. "Tahu nggak, Bimo udah pengen banget diomelin sama kamu. Tadi dia bilang sama aku, katanya kamu sempet ngerespon pas Bimo sentuh tangan kamu,"
Adam menggenggam tangan Sheilla lembut. Mengusap jari-jemari yang kian mengecil itu. Seulas senyum tipis Adam perlihatkan. "Gini,"
Rasanya masih sama, hatinya selalu bergetar kala tangan ringkih itu ia genggam. Tidak mudah untuk melupakan Sheilla. Bertahun-tahun kisah mereka terjalin. Puluhan rencana telah mereka bangun untuk menua bersama.
Namun semesta mempunyai rencana yang lebih indah. Menjadikan Adam sebagai tersangka utama hancurnya hubungan mereka.
Hatinya getir mengingat sebentar lagi ia akan melepas Sheilla. Tekad Adam sudah bulat. Ketika Sheilla siuman, ia akan segera memberitahu gadis itu mengenai pernikahannya dengan Anna. Adam tak akan selamanya bersembunyi seperti sekarang.
Adam terus mengusap tangan Sheilla dengan lembut.
"Tangan kamu katanya gerak. Mana, kok sama aku nggak gerak? Kamu curang nih, aku disini lhoh sekarang. Nungguin kamu supaya cepet bangun."
"Tapi kamunya malah nggak bangun-bangun."
Tangan Adam yang satunya berlari ke atas, mengusap rambut kusut Sheilla. Namun tetap saja gadis itu terlihat cantik. Adam tidak akan bosan memandangi wajah cantik Sheilla.
"Belum capek ya tidur terus gini, hm? Udah setengah bulan lhoh. Kamu nggak kasian sama Mama? Diem-diem aku sering lihat Mama nangis Sheil, makanya kamu bangun ya, ada Mama, Papa sama Bimo yang selalu nunggu kamu."
Helaan napas panjang kembali lolos dari mulut Adam. "Katanya kalau udah punya butik sendiri mau buat cabang?"
"Makanya bangun, biar kamu bisa cepat buka cabang, nanti aku bantuin deh buat buka cabang di Jogja. Aku punya banyak kenalan disana. Kamu tinggal bilang aja mau dimana tempatnya, nanti aku yang cariin."
"Tapi syaratnya kamu harus bangun dulu, harus sehat, harus kuat, nggak boleh tidur. Katanya kamu cewe yang kuat, masa tidur sampai berminggu-minggu masih ngantuk aja? Biasanya juga begadang nemenin aku sampai pagi nggak apa-apa,"
"Sheil, bangun." Lirih Adam. Kepalanya langsung tertunduk. Menatap ubin rumah sakit yang berwarna putih.
[ Pak DOSEN ]
Anna mengambil cincin dan foto perempuan yang sempat ia ambil dari lemari baju Adam. Beberapa hari ini pikiran Anna hanya dipenuhi oleh Adam dan perempuan itu. Mereka pasti mempunyai hubungan lebih. Anna juga sempat membaca pesan yang Adam kirimkan untuk perempuan yang bernama Sheilla itu. Hatinya perih mengingat ada kata sayang yang pernah Sheilla ucapkan. Juga Adam yang membohonginya demi bertemu dengan perempuan itu di rumah sakit.
Berselingkuh? Entahlah, hati Anna terlalu sakit jika mengingatnya. Anna memang masih bocah tapi ia tidak bodoh untuk masalah sebesar ini. Ya, rumah tangga yang baru ia bina berada diujung tanduk kehancuran.
Membuang napas kasar, mata Anna rasanya sangat panas. Tak berselang lama bulir-bulir bening sebesar biji jagung mulai turun dari matanya. Huh, lemah sekali dirinya.
Anna berusaha keras menghentikan tangisnya, namun justru semakin keras saja. "Sa-kit Umma...." Lirihnya. Sesak, setiap hari Anna harus menahan rasa itu sendirian. Berusaha kuat agar Adam tak mengetahuinya.
Tanpa sadar Anna meremas foto itu menjadi gumpalan. Dadanya sesak. Sampai kapan Adam akan terus membohonginya seperti ini? Bermain kucing-kucingan demi bertemu dengan perempuan lain. Apa kata cinta yang pernah ia ucapkan hanya untuk merayu Anna supaya mau memenuhi hasratnya? Begitukah semesta?! Bercandamu sangat tidak lucu.
Jam sudah menunjuk pukul delapan, Anna baru sadar kalau dirinya sudah terlalu lama melewatkan sholat isya'. Cepat-cepat Anna menghapus air matanya lalu berlari ke dalam kamar mandi. Mengambil wudhu dengan cepat lantas menggelarkan sajadah ke arah kiblat. Perempuan itu sholat dengan khusyuk. Menyalurkan segala keluh kesahnya dalam sujud panjang. Sesekali isakan kecil masih terdengar dari mulutnya.
Berikan petunjuk kebenaran untuk masalah yang sedang Anna hadapi Allah.
Lucu ya manusia, hanya datang disaat butuh saja. Kebanyakan dari mereka sering lalai jikalau sedang diuji dalam kesenangan. Bukankah kesenangan juga akan berganti menjadi kesedihan? Lantas besoknya mereka mengeluh, ya Allah kenapa saya tidak diberikan kebagian?
Termasuk Anna, sering kali ia lupa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Ia hanya tahu mengeluh setiap hari. Menggerutu jika saja pulang naik ojek. Harusnya ia bersyukur, masih ada ojek dan tak perlu jalan kaki. Namun ia selalu lupa.
Bersyukur, mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan.
Selepas sholat isya', Anna mengambil Al-Qur'an kecil yang sudah lama tak ia sentuh. Ia terlalu lalai akan urusan duniawi sampai-sampai lupa akan urusannya dengan Rabb.
Membaca surah Al-mulk dengan suara bergetar. Benteng pertahanannya kembali runtuh. Sakit, Ann sakit. Apa salahnya hingga Adam tega menduakan Anna dengan perempuan lain?
Grep
Anna merasakan tubuhnya menghangat, seseorang memeluknya dari belakang. Mengusap-usap kepalanya dengan lembut. "Selesaiin dulu," ucapnya tepat di sebelah kiri telinga Annandhita.
Tanpa ditanyapun Anna hafal suara itu. Suara yang selalu menegurnya ketika salah. Suara yang selalu membangunkannya ketika lagi. Dan suara yang juga melukai hatinya.
Anna memberontak, berusaha melepaskan diri dari rengkuhan hangat Adam. "Le-pas." Ucapnya dengan suara parau. Mau tak mau Adam menurut, ganti menggeser tubuhnya hingga berada di depan perempuan itu. Matanya bengkak dengan pipi dan hidung yang sudah merah padam.
Anna kembali memfokuskan pandangannya yang sempat mengabur. Membaca ayat-ayat Allah sampai selesai. Lalu beralih pada surah Al-Baqarah, dua ayat terakhir.
Adam tersenyum hangat sambil duduk bersila. Sebenarnya ia sendiri juga bingung akan perubahan sikap Anna yang bisa dikatakan sangat drastis. Perempuannya seolah menghindar. Entah kenapa, Adam sendiri juga bingung. Selalu saja ada alasan agar mereka tak terlalu dekat. Seperti awal hubungan mereka terjalin.
Anna menyimpan Al-Qur'an di tempatnya semula lalu melepas mukena putih yang ia kenakan. Melipatnya bersama sajadah. Perempuan itu langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa mau repot-repot bertanya apa Adam sudah makan, seperti biasanya.
Menyalakan shower, Anna menangis sejadi-jadinya dengan air dingin yang terus mengalir. Membasahi semua pakaian yang dia kenakan. Anna sakit semesta! Sakit. Apa salahnya hingga Adam tega berbuat hal setega itu? Katakan semesta, Anna ingin dengar!
Hiii kembali lagi nih sama ceritaku
Part ini rencananya mau tak update semalem,
Eh tahunya aku ketiduran
Segitu dulu ya,
Kalo ada typo jangan lupa sekalian tandain
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah
Sama komen pokoknya
Salam sangat dari aku,
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
De Todo"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...