🥀59. Bisa Karena Terpaksa 🥀

3.2K 150 9
                                    

"Ann, ikut ya, jangan gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ann, ikut ya, jangan gini. Sumpah saya tidak akan macam-macam, cuma makan malem doang,"

"Enggak! Sekali enggak ya tetep enggak." Jawab perempuan itu jengkel. Menatap Adam dengan sinis.

"Yang terakhir Ann, saya nggak mau kamu salah paham lagi,"

"Terus begitu juga nggak apa-apa, aku udah biasa kok nggak dianggap sama kamu."

"Ann,"

"Pergi. Mbak Sheilla pasti udah nungguin kamu, kasian dia lagi sakit, kamu nggak tega kan sama dia. Sana pergi,"

Sakit semesta!! Bendungan di mata Anna begitu deras. Sekali lagi perempuan itu berucap, ia yakin pasti benteng kokoh yang ia buat akan runtuh. Anna memang lemah. Kenapa pula ia harus sedih?! Ia juga toh sudah mengizinkan Adam untuk pergi.

"Ann,"

Saat Adam hendak meraih tangannya, Anna cepat-cepat bangkit, masuk ke dalam kamar mandi dengan membanting pintu. Sungguh hatinya sangat sakit. Ia tak akan rela membagi Adam dengan siapapun, termasuk Sheilla. Tak peduli perempuan itu sakit ataupun sekarat.

Bolehkah Anna egois sekali saja semesta?!

Adam mengusap wajahnya dengan gusar lantas mengambil jaket hitam yang ada di lemari. Berat, Adam berada di ambang kegundahan. Di sisi lain ia tak mau menyakiti Sheilla, namun akhirnya malah menyakiti Annandhita, istrinya. Adam sungguh tak berniat memancing keributan dalam rumah tangganya.

Tiba-tiba handphone Adam yang ada di atas nakas bergetar. Cepat-cepat ia mengambilnya, melihat nomor siapa yang menghubunginya.

+62xxxx

"Siapa?" Gumam lelaki itu. Nomor yang menelponnya tidak dikenal.

Huh, biarkan saja. Adam sedang tidak ingin mendapat telepon. Kalau penting juga pasti bakal cari alternatif.

Namun bukannya berhenti, orang di sambungan itu terus saja mengganggunya. Sampai panggilan kelima Adam baru mengalah. Suara orang di sebrang membuatnya tertegun.

"Kok lama banget si? Lagi ngapain?"

Ya, dia Sheilla.

"Ehm, baru mandi Sheil, kenapa?"

"Ih kok baru mandi si Dam, padahal aku udah rapi dari tadi lhoh, masa baru mandi?" Kesal Sheilla.

Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya sabar, sebentar lagi aku jalan, tunggu ya,"

"Aku tungguin tapi jangan lama-lama,"

"Iya, aku tutup ya,"

"Eh tunggu dulu, ini nomor baru aku, save ya. Yang handphone lama rusak pas kecelakaan,"

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang