Anna menyeret kakinya mengikuti langkah besar Adam. Dosen tidak berperikemahasiswaan itu benar-benar menyiksa Anna.
Anna lelah, lesu dan letih. Ditambah lagi dirinya sudah kelaparan sejak tadi. Tapi dosen itu seenak jidat memerintah agar Anna menunggunya sampai selesai mengajar. Anna harusnya sudah kembali ke rumah sejak siang, tapi gara-gara menunggu Adam selesai mengajar Anna jadi pulang sesore ini.
Suasana kampus sudah sangat sepi mengingat hari hampir malam. Sepajang lorong hanya terdengar langkah kaki Adam yang berjalan mengenakan pantofel membuat Anna bergidik ngeri.
Anna berjalan cepat lalu mengambil langkah di depan Adam. Dirinya takut jika harus berjalan di belakang.
"Pak saya laper," adu Anna dengan suara lesu. Ia memegangi perutnya yang sudah sangat rata karena tak mendapat asupan selain air putih sejak siang.
Sebenarnya Anna bisa saja ke kantin. Namun berhubung kaki Anna sangat malas untuk dibawa berjalan, alhasil perutnyalah yang kelaparan.
"Mau makan apa?" Tanya Adam datar.
"Nggak pengen masak."
"Beli."
"Kangen masakan Umma," cicit Anna nyaris tak terdengar.
Adam membuang napas kasar. "Jangan kekanakan Ann."
Anna membuka pintu mobil dengan malas. Kenapa si dosennya itu selalu menganggap Anna kekanak-kanakan. Memangnya salah jika gadis itu merindukan masakan Ummanya?
Anna memang bukan gadis yang mandiri. Sejak kecil dia selalu bergantung pada orang tua dan abangnya. Sangat sulit bagi Anna untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serba mandiri yang Adam terapkan.
Tiba-tiba saja Adam menepikan mobilnya disebelah warung makan lesehan pinggir jalan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus, mungkin sekitar sepuluh menit. Lelaki itu melepas sabuk pengamannya lalu memandang ke arah Anna yang masih diam. Seperi biasa perjalanan mereka selalu diselimuti kesunyian. Adam yang sangat irit berbicara dan Anna yang enggan untuk memulai.
"Mau makan apa Ann?" Tanyanya lembut. Anna dapat merasakan pancaran mata Adam terus meniti kulit wajahnya.
"Terserah."
"Katanya laper, kamu pengen makan apa?"
"Udah nggak laper. Mau pulang aja."
"Ann," suara Adam melunak membuat manik coklat milik Anna menubruk iris hitam lelaki itu.
"Kenapa lagi?" Tanya Adam mencoba bersabar. Tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Anna.
"Saya mau pulang Pak,"
"Makan dulu. Makan makan apa hm? Saya siap jadi supir kamu deh, mau dimana makannya?"
Anna kembali menggeleng. Ia sangat rindu pada keluarganya di Jogja. Ia rindu omelan Umma, rindu nasihat Baba dan Anna rindu kejahilan Arhan. Rasanya sudah sangat lama Anna tidak melihat wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Random"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...