"Mbak Sheilla kecelakaan Mas,"
Degh
Jantung Adam seolah berhenti berdetak. Lalu setelahnya berdegup sangat cepat. Lelaki itu masih berdiri mematung di depan pintu.
"Kecelakaan?" Ulangnya seperti orang linglung. Tatapan kosong Adam menyorot pada remaja lelaki yang berdiri di depannya. Dia Bimo, adik Sheilla yang datang dengan rambut berantakan.
"Mbak Sheilla dirawat di RS Citra Kasih, keadaanya kritis."
Adam langsung mengambil kunci mobil yang ada di atas meja. Berjalan ke parkiran dosen dengan langkah gontai. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah.
"Dam, mau kemana?"
"Ke RS,"
"Siapa yang sakit?"
"Sheilla."
Adam tak menggubris pertanyaan Nova selanjutnya. Ia harus cepat ke RS untuk melihat keadaan Sheilla.
Beberapa pertanyaan juga muncul dari rekan seprofesinya. Namun Adam hanya diam sembari memegang kunci mobil. Kedua tangannya terkepal kuat.
Dua malam lalu Sheilla mengajaknya bertemu. Dan gadis itu seolah menghilangkan tak bisa dihubungi. Tidak pernah sekalipun Sheilla membatalkan janji tanpa berkabar. Gadis itu sangat disiplin dan tepat waktu.
Bodohnya kenapa Adam tidak berpikir sejauh itu?
Kenapa ia hanya diam saat Sheilla menghilang?
Mengambil napas panjang, Adam harus bisa mengendalikan dirinya sekarang. Ia tak boleh menyetir dalam keadaan berapi-api.
Setelah dirasa cukup, Adam langsung menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi. Menjalankan mobilnya seperti orang kesetanan.
Setengah jam kemudian lelaki itu turun dengan tergesa. Bertanya pada resepsionis atas nama Sheilla Septiany.
"Bu, gimana keadaan Sheilla?" Tanya Adam pada ibu kekasihnya yang duduk di depan ruangan.
"Belum sadar, nak,"
Sheilla masih dirawat di IGD karena keadaannya belum membaik. Melalui celah pintu yang transparan, Adam melihat gadis itu yang masih terbaring lemah di atas periduran. Berbagai selang menempel di tubuhnya, termasuk selang infus yang menancap di pergelangan kiri.
Jantung Adam kembali berdegup sangat kencang. Dirinya bagai ditampar bolak-balik oleh keadaan.
"Saya boleh masuk, Bu?" Tanya Adam.
"Belum boleh Dam," ucap Pak Seto sambil mendekati lelaki itu. Mengelus pelan pundaknya.
"Jangan khawatir, putri Bapak pasti kuat,"
"Maaf Pak, Adam udah gagal ngejaga Sheilla. Adam nggak tahu kalau Sheilla kecelakaan,"
Pak Seto mengangguk lantas memeluk tubuh bergetar Adam. Dua lelaki beda generasi itu saling menguatkan.
"Kamu nganter sampe sini aja ya,"
"Kenapa?"
"Nanti Ayahku tahu,"
"Nggak ah, sampe depan pintu aja sekalian,"
"Ih, jangan. Aku belum bilang kalau aku udah punya pacar. Ayahku galak, nanti kamu dipukul,"
Adam terkekeh. "Masa?"
"Iya. Udah sana kamu pulang, nanti ada orang rumah yang tahu,"
Sheilla celingukan sambil melepas helmnya. Gadis berperawakan mungil itu tampak takut.
Adam tersenyum tipis. Mengulurkan tangannya untuk membenarkan rambut Shiella yang berantakan. "Takut banget kayaknya aku kenapa-napa," ledeknya lelaki itu sambil terkekeh. Membuat Sheilla gemas lalu mencubit perutnya.
"Ih, jangan usil deh. Sana pulang Adam, nanti Ayahku tahu."
"Makanya jangan berisik kalau nggak mau ketahuan,"
"Kamu tuh ngeyel banget si kalau dibilangin. Sana pulang, nanti ada yang lihat. Ayahku galak lhoh,"
"Iya deh, aku pulang. Kamu masuk gih, aku liatin dari sini. Takut diambil orang, soalnya pacarku cantik banget,"
Seketika wajah panik Sheilla berubah cerah. Senyum bibirnya terbit dengan malu-malu. Gadis itu kembali mencubit perut Adam. "Udah mulai bisa gombal ya, Pak?"
Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dokter, gimana keadaan putri saya? Apa sudah ada perubahan?" Tanya Pak Seto membuat kesadaran Adam kembali. Lelaki yang tengah bersender di dinding rumah sakit itu langsung menegakkan badannya. Mendekat pada seorang dokter yang keluar dari ruangan Sheilla.
"Belum ada Pak. Keadaan pasien saat ini masih belum sadar. Kita sama-sama berdo'a semoga nanti ataupun besok pasien bisa segera siuman."
Pak Seto mengangguk. Lantas mempersilakan dokter itu untuk pergi.
Adam kembali melihat Sheilla dari celah pintu. Memperhatikan kekasihnya dengan wajah sendu. Mata gadis itu terpejam rapat.
Andai saja malam itu ia menjemputnya, pasti kejadiannya tidak seperti ini. Sheilla akan baik-baik saja dan kecelakaan itu tidak akan terjadi. Sheilla akan tertawa, bukan tertidur.
Adam buru-buru pergi saat adzan isya' terdengar dari Masjid rumah sakit. Melepas sepatunya lalu mengambil wudhu. Wajah lusuh Adam terlihat lebih segar. Lelaki itu menjadi imam shalat. Membacakan surah demi surah dengan khusyuk. Do'anya saat ini hanya satu, kesembuhan Sheilla.
Adam tak tega melihat Sheilla dengan keadaan seperti itu. Bagaimanapun juga Sheilla pernah mengisi takhta tertinggi dalam hatinya.
Dan, mungkin masih sampai sekarang.
Selesai dari Masjid, Adam berniat membeli kopi di kantin. Namun saat merogoh saku celananya, lelaki itu baru menyadari sesuatu.
Dompet dan handphonenya tertinggal di kampus. Pantas saja dari tadi tidak ada yang mengganggu.
Adam menghela napas kasar. Padahal perutnya sudah berdemo karena tak mendapat asupan sejak siang.
Pukul sepuluh malam Adam baru berpamitan untuk pulang. Di rumah istrinya pasti sangat khawatir. Karena Adam tak mengatakan apapun. Lelaki itu langsung pergi saja setelah mendapat kabar kalau Sheilla kecelakaan.
Untungnya tidak ada kendala selama perjalanan. Jam setengah sebelas Adam baru sampai rumah. Membuka pintu depan dengan super hati-hati. Ia berharap, semoga saja Anna sudah tidur.
Klek!
Sesaat Adam terdiam, memandang gadis yang tengah meringkuk memeluk Pupa, si boneka teddy bear itu dengan erat. Lelaki itu lantas melepas kaos kakinya dan pergi ke kamar mandi membawa handuk.
Beban di pikiran Adam sedikit berkurang saat air dingin mengguyur tubuhnya. Tak lama ia keluar dengan handuk yang melilit sampai pinggang.
Adam kembali membuka lemari dengan super hati-hati. Takut membangunkan Anna yang mungkin sudah bermimpi sampai Mars.
Dan benar saja, tidurnya sama sekali tidak terusik walaupun Adam mengambil alih Pupa. Menaruh boneka itu di atas sofa sebagai pajangan.
Hiii kembali lagi nih sama ceritaku
Segitu dulu ya dari aku,
Kalo ada typo sekalian tandain
Salam hangat,
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Diversos"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...