🥀 02. Anna Dan Rutinitasnya 🥀

5.8K 256 2
                                    

Anna membuka mata saat tangan kekar seseorang menepuk pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna membuka mata saat tangan kekar seseorang menepuk pipinya. Gadis itu menggeliat sebelum akhirnya duduk dengan wajah lesu. Rambutnya yang panjang bahkan berantakan seperti baru tersengat listrik.

"Apaan si Pak? Masih pagi juga, ngantuk tahu." Kesal gadis itu sambil menguap lebar.

Sedangkan lelaki yang masih lengkap dengan peci dan sarung itu mengerutkan kening bingung. Pagi katanya? Matahari bahkan sudah beranjak naik di ufuk timur.

"Kamu sudah sholat?"

"Jam berapa si?" Kesalnya dengan mengambil jam weker di samping tempat tidur.

Matanya yang sedari tadi merem melek langsung terbuka lebar. Demi apapun hari ini ia kembali terlambat bangun. Jam ditangannya menunjuk pukul 05.15 menit.

Dengan gerakan super cepat Anna mengambil wudhu lalu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Semalam Anna kembali begadang sampai jam setengah satu karena mengerjakan tugas yang dedlinenya hari ini. Untung juga Alisya mengingatkan, kalau tidak dapat dipastikan ia akan kembali diusir dari kelas.

Adam yang baru saja kembali dari Masjid melepas sarung serta kokonya. Lelaki yang lebih tua dari Anna delapan tahun itu mengenakan celana pendek di atas lutut dan kaos polos putih.

Hari ini ia berniat meliburkan diri dari aktivitas paginya. Tentu saja karena Anna penyebabnya. Jika hari ini ia tidak membantu Anna urusan dapur, tentu saja gadis itu akan melewatkan kelas pagi.

Adam lebih dulu turun lalu membuka isi kulkas. Keningnya kembali mengkerut saat tak mendapati bahan masakan apapun di dalamnya. Hanya sisa tiga butir telur, air dingin dan snack milik istrinya.

"Mau makan apa Pak?" Tanya Anna dari tangga.

"Seadanya aja. Kamu belum belanja Ann?"

Anna meringis sambil mencepol rambut panjangnya asal. "Lupa Pak, ngurusin deadline tugas nggak kelar-kelar."

"Makanya jangan keseringan nonton drama Korea, giliran udah mau tenggat baru dikerjain." Omel lelaki itu sambil memecah tiga butir telur lalu mengocoknya.

"Bapak masak apa?"

"Telur dadar,"

"Itu doang?"

Adam mengangguk. "Adanya hanya ini."

Anna hanya bergumam lalu pergi ke ruang tengah. Seperti pagi-pagi sebelumnya, kalau Adam tidak olahraga maka lelaki itu yang masak. Sedangkan Anna bagian bersih-bersih.

Bukannya Anna tidak mau masak, cuma kemampuannya dalam bidang itu sangat minim. Seperti senyum Adam. Di Jogja pun yang selalu masak adalah Umma. Jika diperlukan Anna hanya membantu. Ia tidak tahu ukuran bumbu yang pas. Sedangkan Adam yang basicnya anak kost sudah biasa. Tangannya sudah terampil dalam hal masak-memasak.

Selesai membersihkan ruang tengah Anna pergi ke ruang tamu. Sebenarnya matanya masih sangat mengantuk. Badannya juga sangat lelah karena terlalu sering begadang.

"Ann kemeja biru saya sudah di setrika?" Tanya Adam yang tiba-tiba muncul dalam jangkauan pandang Anna.

"Biru yang mana?"

"Biru tua,"

"Belum. Bapak mau pakai itu hari ini?"

Adam mengangguk. " Iya. Tolong kamu setrikain Ann, biar saya yang lanjutin bersih-bersih." Ucapnya langsung mengambil penyedot debu yang sedang Anna pegang.

Anna hanya bergumam kecil. Ia mengambil kemeja Adam yang ternyata masih di jemuran, belum diangkat. Ia juga mengambil pashmina dan rok hitam yang akan ia kenakan hari ini untuk sekalian disetrika.

Anna meletakkan pakaiannya dan Adam di atas tempat tidur. Gadis itu membuang napas kasar saat mendapati isi dalam lemari berantakan. Dan itu selalu di lipatan baju yang sama, milik Adam.

Hampir setiap pagi Anna harus membenarkan pakaian-pakaian yang sudah ia disetrika rapi karena Adam merusaknya. Dulu Ummanya juga sering mengomel ketika Arhan, kakaknya mengambil baju secara asal.

Jam di samping nakas menunjuk pukul tujuh kurang lima menit. Anna menoleh ke arah pintu bertepatan dengan tubuh Adam yang masuk ke dalam kamar.

"Pak Adam bisa nggak si kalo ngambil baju itu yang rapi, masa setiap pagi saya harus rapihin lemari baju mulu." Kesal Anna.

Adam menarik satu alisnya ke atas. "Nggak usah dirapihin kalo nggak mau." Jawabnya membuat Anna kesal di pagi hari.

Berdebat dengan Adam memang menguras tenaga. Dan entah kenapa Anna tidak pernah mendengar lelaki itu mengucapkan 'Maaf,' walupun yang dia lakukan salah. Selalu ada saja jawaban yang membaut Anna terdiam ingin misuh-misuh.

Adam mengambil handuk lalu menyapirkannya di pundak. Tak lama tubuhnya menghilang dali balik pintu kamar mandi yang tertutup.

Anna mendengus sebal. Gadis berpiyama pendek itu melangkahkan kakinya ke bawah. Ia akan sarapan terlebih dulu selagi menunggu Adam mandi.

Anna menggulir layar handphonenya sambil makan. Semalam ia tidak sempat membaca pesan dari group kelas. Mungkin ada yang penting. Kadang memang ada dosen yang memberi tugas dadakan via Telegram.

Anna sarapan dengan telur dadar buatan Adam. Rasanya pas, tidak keasinan juga tidak hambar. Ditambah lagi ada irisan bawang merah, cabe dan daun bawang membuat rasanya semakin enak.

"Cepet Ann." Teriak Adam yang membuat Anna cepat-cepat menghabiskan sisa makanannya.

Pemandangan sangat luar biasa didapati gadis yang belum genap berusia delapan belas tahun itu saat dirinya masuk. Bagaimana tidak, pagi-pagi begini ia sudah disuguhi perut ABS dosen yang terkenal galak sefakultas. Ia membungkuk, mencari celana panjang dan singlet lalu menenggakkan tubuh.

Tetesan air dari rambutnya yang basah mengalir turun ke dada, perut dan,

"Ngapain malah liatin saya?" Suara bariton itu menyadarkan Anna dari lamunan gilanya.

"Eng-enggak." Jawab Anna dengan gugup. Jantungnya semakin terpacu ketika ia hendak mengambil handuk yang letaknya tidak jauh dari tubuh Adam.

Annandhita benar-benar tidak menyangka hidupnya akan berubah total 180°. Kesalahan mengiyakan ajakan Hilman tiga bulan lalu berujung dengan dirinya yang harus dinikahkan dengan Adam. Dulu Anna tidak mengenal ada lelaki bernama Adam di komplek perumahannya. Yang ia tahu hanya anak sulung Pak RT menjadi dosen. Namun Anna tidak pernah melihat orang itu. Saat hari-hari besar pun Anna tidak pernah melihatnya. Namun sekarang lelaki itu malah menjadi suaminya.

Dunia memang sempit. Dari ribuan manusia yang pernah Anna temui, jodohnya malah tidak termasuk kedalam manusia itu. Kesan pertemuan pertama mereka juga sangat tidak enak untuk dijelaskan.

Anna tidak pernah bermimpi akan menikah di usia yang semuda ini. Bahkan mereka belum menikah sah secara negara dikarenakan gadis itu yang belum cukup.

Hiii ketemu lagi nih sama aku
Maaf ya kalo tulisanku ada typonya, tolong sekalian tandain, hehehe
Makasih juga yang udah masukin ceritaku ke library kalian
Pokoknya aku nggak maksa, tapi maksa banget buat kalian pencet bintang
Isi kolom komen juga dong guys, menurut kalian ceritaku ngebosenin nggak?
Aku pengen tahu banget komen kalian

Maaf ya kalo aku maksa, hehehe
see you in the next chapter guys

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang