"Sana Mas ah ke Masjid, sholat. Kamu harus banyak-banyak istighfar biar setannya ilang,"
"Males Dek, Mas sholat disini aja ya,"
"Jangan, ke Masjid. Laki-laki itu lebih utama di Masjid."
"Tapi males banget. Sekali aja, disini ya, sekalian jagain kamu sama bayi,"
"Aku nggak apa-apa, kemarin-kemarin juga udah biasa kamu tinggal sendirian. Sana ke Masjid, udah hampir jam dua lhoh, malu sama Allah, disuruh sholat aja susahnya minta ampun. Nanti keburu ashar." Omel Anna bak ibu-ibu komplek.
"Iya, Mas sholat tapi disini,"
"Ke Masjid. Udah mau jadi papa nggak boleh gitu Mas, nanti kalau anak kita laki-laki siapa yang mau ngajakin ke Masjid kalau bukan papanya."
Adam menghela napas panjang. Benar kata Anna, Adam harus banyak-banyak beristighfar supaya setan dalam dirinya menghilang. Tinggal sholat saja malasnya bukan main.
Padahal kalau dipikir-pikir masih banyak orang-orang di luaran sana yang rela berjalan jauh demi ke Masjid. Ataupun kakek-kakek susah berjalan tapi masih ikhlas menunaikan kewajibannya di rumah Allah.
"Mas." Tegur Anna kala tak ada pergerakan dari Adam sedikitpun. Lelaki itu masih duduk diam di tempatnya sekarang.
"Iya, ini Mas mau berangkat." Adam berjalan mendekati petiduran istrinya. Membenarkan hijab Anna yang berantakan. Anak rambutnya bahkan sampai menjulur keluar.
"Ke Masjid aja ya, jangan belok-belok, nanti kaya kemarin lagi pulang-pulang sudah babak belur."
"Iya sayang, bawel banget si, hm?"
"Biarin."
Cup
Adam mengecup kening perempuannya sangat lama. Lantas bibir lelaki itu turun, mengecup hidung, pipi dan bibir pucat Annandhita. Sesaat tatapan mereka saling beradu, menyorot masing-masing dalam diam.
"Dengerkan bayi, mamamu itu sudah persis seperti ibu kost Papa pas jaman kuliah. Gitu tuh, persis nggak ada ada bedanya. Apalagi kalau sudah masuk akhir bulan tapi Papa belum bayar kost, siap-siap pasang headset setiap hari tuh,"
Anna menyorot Adam dengan tajam. "Pergi." Sewotnya.
Ada sebuah qoutes mengatakan, 'jika seorang lelaki memilih istri, berarti dia memilih sekolah terbaik untuk keturunannya. Namun jika seorang perempuan memilih suami, berarti dia memilih antara surga dan neraka.'
Dan Anna jelas tidak mau masuk ke neraka bersama Adam.
"Assalamualaikum istri, bayi, Papa sholat dulu ya, kalian baik-baik disini. Papa cepet kok, nggak sampe setengah jam nanti sudah balik lagi." Pamit Adam lantas keluar. Tubuhnya menghilang di balik pintu yang ditutup.
Bosan, sangat bosan. Sejujurnya Anna sudah tidak betah berada di rumah sakit. Terhitung sudah tiga hari dirinya di rawat inap di rumah sakit. Tapi entah kenapa tiga hari itu terasa sangat lama, ibarat seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
De Todo"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...