🥀83. Yatim Sebelum Lahir 🥀

4.9K 134 29
                                    

"Bayi cewe apa cowo menurut kamu Dek?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bayi cewe apa cowo menurut kamu Dek?"

"Nggak tahu,"

"Kok nggak tahu si."

"Ya emang nggak tahu. Kamu kan nggak mau kalau dokter ngasih tahu jenis kelaminnya. Aneh."

"Menurut kamu saja," ulang Adam. Lelaki itu mengusap perut Annandhita yang mulai membuncit. Kehamilan istrinya sudah masuk pada minggu ke dua puluh atau trimester kedua. Setengah kehamilan sebelum melahirkan buah hatinya.

"Aku nggak pernah kepikiran si, yang penting selamat, sehat dan lengkap. Itu saja sudah cukup buat aku, nggak peduli bayi cewe apa cowo."

"Kok gitu si? Masa sama anaknya nggak pernah kepikiran?"

"Ah tahu ah, ngomong sama kamu cuma bikin emosi." Kesal Anna. Melepaskan tangan Adam yang mulai bergerak menggelitik pinggangnya. Geli.

"Saya pengen dia cowo, tahu nggak kenapa?" Anna menggeleng. "Biar kalau saya nggak ada, dia yang gantiin tugas saya buat jagain mamanya. Ngelindungin mamanya dari orang jahat di luaran sana."

"Terus kalau keluarnya cewe kamu nggak mau? Mau buang dia, gitu?"

Kedua alis tebal Adam mengkerut. "Enggak, astaghfirullah. Pikirannya negatif mulu kalau sama saya. Mana mungkin saya tega buang anak sendiri? Dasar kamu ini," ucapnya sambil mencubit hidung mancung Anna.

"Mungkin aja, manusia killer yang suka seenaknya sama mahasiswa kaya kamu susah dipercaya soalnya."

Anna kembali mengaduh kesal saat lagi-lagi Adam mencubit hidungnya. Mungkin sampai memerah. Dasar killer.

"Saya hanya tidak suka kalau ada mahasiswa yang tidak disiplin Dek, bukannya gimana-gimana. Toh, itu buat kebaikan kalian juga. Nanti kalau kalian sudah masuk dunia kerja, sudah ngerasain gimana susahnya cari uang, kalian bakal tahu pentingnya sikap disiplin. Disiplin itu nggak bisa langsung tumbuh begitu saja, harus diasah dalam kurun waktu yang lama."

"Nggak percaya, masa telat semenit aja nggak boleh ikut kelas. Pasti kalau di dunia pekerjaan juga ada toleransinya. Nggak kaya kamu, killer."

"Nggak ada toleransi untuk orang yang tidak disiplin. Misal nih kalau dikasih teloransi, paling potong gaji. Kalau enggak ya langsung dipecat. Dunia kerja tidak membutuhkan orang-orang malas seperti itu."

"Tapi kalau di matkul dosen lain, telat nggak apa-apa tuh. Kaya Pak Rian, Pak Dana, Pak Galih atau Bu Nova. Mereka tetap mengizinkan mahasiswa masuk kalau telatnya semenit dua menit, cuma ya dikasih terguran dikit biar nggak diulangi."

"Kan tadi saya bilang ada yang diberi toleransi dan ada yang tidak. Kalau kelas saya tidak, bukan berarti dosen lain juga demikian. Kalau dosen lain iya, bukan berarti saya juga harus mengikuti mereka. Saya punya peraturan yang sudah kalian semua setujui di awal semester. Saya juga tidak memaksa kalian untuk mengambil kelas saya. Tugas saya hanya mengajar, kalau kalian merasa keberatan atau tidak suka, silahkan silakan keluar."

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang