🥀28. Babak Belur 🥀

6K 250 10
                                    

"Aasshhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aasshhh... Sakit, pelan-pelan,"

"Sakit Ann,"

"Lhoh, lhoh, itu toh, tahu sakit malah berantem. Mau jadi jagoan kamu?! Sok-sok'an berantem." Kesal Bu Arum. Bukannya kasihan melihat sang putra yang baru pulang langsung tepar.

Dengan sengaja, Anna menekan kasa ditangannya hingga membuat Adam kembali berdesis. Meringis sembari memegangi pipi kirinya.

"Sakit Ann. Pelan-pelan." Gerutu Adam lagi.

"Gimana ceritanya, kok bisa bonyok gitu?" Tanya Lukman yang duduk tidak jauh dari Adam. Ngeri juga melihat wajah abangnya babak belur begitu.

"Azab tuh Mas, udah ngatain aku jomblo. Giliran kamu nggak jomblo tapi pulang-pulang bonyok, juga mending jomblo tapi ganteng. Iya nggak Bu?" Sahut Ibnu yang duduk di samping Lukman, kakak keduanya.

Anna terkekeh mengingat tadi sebelum pergi Adam sudah sombong, mengejek Ibnu dengan sebutan 'Mas Jomblo'.

"Lawan kamu gimana Dam?" Tanya Bapak.

"Nggak apa-apa Pak, Adam yang kalah," dusta Adam.

Anna menghentikan aktivitasnya. Menatap sebal pada Adam yang kembali berbohong. Siapa bilang Hilman tidak apa-apa. Lelaki itu bahkan sangat kenapa-napa dibanding dengan Adam yang hanya lebam. Hilman bahkan tidak bisa berdiri.

Kalau Bapaknya sampai tahu Adam menghajar orang, bisa dipastikan Bu Arum akan mengadakan konser malam ini. Memarahi Adam sampai suaranya serak.

Ya memang seperti itu karakter orang tuanya. Jangan sampai anak-anak mereka tumbuh menjadi pemuda yang tersesat. Sebisa mungkin Pak Amir dan Bu Arum mendidik agar mereka menjadi pemuda yang berguna.

Anna mengambil kasa lalu meneteskan obat merah di atasnya. Membuat Adam kembali meringis tertahan karena perih.

"Diem Mas." Sungut Anna karena Adam terus bergerak mundur.

"Udah Ann, sakit banget,"

"Belum selesai."

"Sakit banget."

"Bentar lagi, nanti infeksi."

Tidak hanya wajah, badan Adam juga rasanya sakit semua. Mengingat duelnya dengan lelaki brengsek tadi. Adam melihat saat Anna dihampiri oleh lelaki itu. Namun Adam memilih diam, melihat sampai sejauh mana keberaniannya.

Tapi semakin lama, amarah Adam semakin meningkat. Lelaki itu sudah kelewatan sampai berani menyentuh gadisnya.

Adam yang sedang mengantre tiba-tiba datang dan langsung memukul tepat di wajahnya. Membuat lelaki itu seketika terhuyung ke belakang karena tidak siap.

"Tolong ambilin minum Ann," pinta Adam sesaat setelah Anna menaruh kasa di atas meja. Sungguh bibirnya sangat perih, untuk berbicara pun rasanya sakit.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang