🥀65. Nggak Bisa Bohong 🥀

3.2K 168 16
                                    

Anna berusaha memejamkan matanya sejak setengah jam lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna berusaha memejamkan matanya sejak setengah jam lalu. Sebentar lagi Adam pasti pulang. Dan Anna tidak ingin lelaki itu tahu kalau dirinya habis terkena bullying.

Merasa kuat atau sok kuat? Entahlah, Anna hanya tidak ingin menciptakan keributan baru.

Dan benar saja dugaannya, tak lama terdengar pintu kamar yang dibuka dari luar. Anna tak bergerak, berpura-pura tidur demi menjauhkan diri dari lelaki itu.

"Kecil banget," gumam Adam sambil mengambil remote AC. Menambah suhu di ruangan itu menjadi 20°C. 

Kening lelaki itu tampak mengkerut kala melihat Anna yang tidur dengan selimut yang menutup sampai kepala. Tumben sekali, biasanya hanya sampai leher saja mengeluh kegerahan.

Adam membuka dua kancing teratas kemejanya lantas berjalan pelan ke sisi kasur.

"Ann, kamu sakit?" Perlahan tangan Adam mengguncang pundak perempuannya. Namun tak ada pergerakan sedikitpun. Saat lelaki itu ingin menurunkan selimutnya, Anna malah menahannya.

"Kamu sakit?" Ulang Adam. Hanya rambut berantakan istrinya yang bisa Adam lihat. Dari ujung kepala sampai kaki, semuanya tertutup selimut.

"Enggak, aku kedinginan."

Adam tambah tak mengerti.

"Kedinginan? Tapi kamu nyalain AC kecil banget lhoh, kamu sakit?" Ulang Adam lagi sambil berusaha menarik selimut Anna.

"Diem. Mandi aja sana, aku pengen istirahat." Ketusnya.

"Iya sebentar, buka dulu selimutnya. Biar saya cek suhu badan kamu,"

Grep

Saat Adam berhasil membuka selimutnya, Anna langsung berbalik. Memunggungi Adam dengan kaos belakang yang terlihat basah.

Sebenarnya dia kenapa? Aneh banget.

"Kamu kepanasan Ann, kaosnya sampai basah gini."

"Udah ah, Mas Adam mandi aja. Aku mau istirahat, jangan ganggu." Sungguh demi apapun Anna mengutuk dirinya yang sangat ceroboh. Adam bukan lelaki bego yang mudah ia bodohi. Dari gerak-gerik Anna pun pasti dia curiga.

"Kamu sakit?"

"Enggak."

"Terus kenapa?"

"Aishhh, nggak usah bawel, mandi sana." Bibir Anna terasa sangat sakit akibat empat tamparan yang mendarat di pipinya siang tadi. Bahkan sudut kiri bibirnya sampai robek. Membuat Anna harus menahan ringisan setiap kali berbicara.

"Perutnya sakit lagi?"

"Enggak."

"Saya bicara sama kamu, bukan sama tembok. Kenapa nggak mau lihat saya?"

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang