"Saya nggak mau tidur sama Bapak."
"Saya bukan Bapak kamu."
"Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om."
"Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa."
Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Membolak-balikkan halaman buku bersampul coklat di atas meja. Namun pikiran perempuan itu terus melayang, mengingat makian demi makian yang terus diucapkan mahasiswi-mahasiswi tadi. Bahkan ada yang sampai mengatakan Anna jual diri untuk mendapatkan Adam.
Anna meraup wajahnya dengan kasar. Sekarang bukan waktunya untuk bersedih. Anna harus belajar. Jangan sampai nilainya anjlok gegara masalah sepele ini. Dirinya tidak boleh larut. Untuk apa juga toh dipikirkan.
"Semangat Ann, jangan ngecewain Umma sama Baba lagi," seru perempuan bersweater hitam itu pada dirinya.
Anna kembali membuka buku setebal lima centi itu, mengambil binder dan pulpen untuknya merangkum. Itu akan jauh lebih mudah untuk dipelajari. Perempuan itu mulai berkutat dengan kegiatannya. Sesekali menghirup napas panjang saat sekelebat bayang-bayang siang tadi muncul.
Anna yakin jika berita ini sengaja disebarkan. Bukan menyebar tanpa sengaja. Ditambah lagi bukti fotonya dengan Adam beberapa saat lalu. Saat Adam mengajaknya keluar untuk makan malam. Ada orang yang mengikuti mereka diam-diam.
Berkali-kali handphone perempuan itu berdenting. Banyak sekali pesan direct massage yang dikirim oleh mahasiswa-mahasiswa iseng. Tentunya dengan berbagai umpatan dan sumpah serapahan. Mengatakan Anna 'bitch' dan perempuan murahan yang rela jual diri demi dosen tampan seperti Adam.
Anna mematikan nada dering di handphonenya lantas melempar benda pipih itu ke atas kasur. Tak peduli kalau bidikannya bisa saja salah dan berakhir mengenaskan. Yang penting benda sialan itu bisa menghilang dari pandangannya.
Ah rasanya percuma sejam Anna duduk di meja belajar, tak ada satupun materi yang berhasil masuk ke otaknya. Pikiran perempuan itu sangat kacau. Annandhita memejamkan matanya sejenak sambil menghirup napas panjang. Lama-kelamaan perempuan itu diam sampai tak menyadari kehadiran orang lain di ruangan itu. Anna tertidur dengan wajah telungkup di atas meja.
Adam melepas kemeja coklat yang sedari pagi melekat di tubuhnya. Lelaki itu mengacak rambutnya menjadi berantakan. Seharian rawa-riwi membuat tubuhnya sangat lengket karena keringat. Mata Adam langsung menyorot Annandhita lantas mendekatinya.
Anna tampak tak terusik kala tangan Adam bergerak mengusap kepalanya. Membuat rambut panjang istrinya juga berantakan.
"Ann,"
"Annandhita," panggilnya untuk kedua kali. Namun perempuan itu masih diam tak bergerak.
Dengan sangat hati-hati Adam menutup laptop istrinya lantas menggendong perempuan itu ke atas kasur. Hanya sedikit pergerakan Anna, tidurnya sangat lelap.
Lagi dan lagi, Adam sering menemukan bercak bening di pipi perempuannya. Entah kali ini menangis karena apalagi. Matanya tampak bengkak dengan hidung memerah.