"Saya nggak mau tidur sama Bapak."
"Saya bukan Bapak kamu."
"Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om."
"Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa."
Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Malam ini, boleh?" Suaranya berat dan lirih. Meminta persetujuan istrinya untuk melalukan yang semestinya dilakukan.
Adam menatap wajah istrinya sangat lama. Dari jarak sedekat ini ia terlihat berkali-kali lebih cantik.
Sepersekian menit mata mereka saling beradu, menyorot masing-masing dengan teduh.
Adam memajukan wajahnya hingga napas hangat lelaki itu itu menyapu kulit wajah Annandhita. Gadis itu memejamkan matanya karena ia pikir Adam akan mendaratkan sebuah ciuman di kening. Namun yang ia lakukan malah membuat jantung Anna nyaris melompat keluar. Ia membisikkan kata-kata romantis.
"I love you," bisiknya lanjut menggigit daun telinga Annandhita dengan pelan. Membuat gadis itu melenguh tanpa sadar.
Ah, Anna sudah seperti menjadi pemeran utama dalam sebuah drama China. Lihat saja sekarang, Adam menggendongnya menuju lantai atas. Tempat dimana kamar mereka berada. Membaringkan tubuhnya pelan-pelan. Seolah ia adalah benda rapuh yang amat Adam jaga. Setelahnya lelaki itu mematikan lampu utama, membuat cahaya di ruangan itu menjadi remang.
Oh tentu saja jangan tanyakan bagaimana keadaan Annandhita. Karena ia hanya diam seperti patung yang Adam kendalikan. Perasaannya campur aduk. Adam sudah berkali-kali meminta haknya, namun selalu saja Anna tolak. Tapi entah kenapa ia sangat takut untuk menolak Adam malam ini.
Adam berjalan ke sisi ranjang yang diisi istrinya. Mendudukkan dirinya sebentar sebelum ikut berbaring. Lalu memeluk tubuh ramping gadis itu agar mau menatap wajahnya. Adam paham kalau Anna sedang malu.
"Boleh ya," lirih lelaki itu sambil memainkan tangannya di punggung Anna.
"Aku.... Takut Mas,"
"Apanya yang mesti ditakutin?" Tanyanya sambil menyelipkan rambut panjang Anna ke belakang.
"Itu.... Aku takut, belum pernah,"
Adam terkekeh lalu mengeratkan pelukannya, membuat Anna semakin ciut. "Sama, Mas juga belum pernah, sayang. Kamu gemesin banget si, jadi pengen cepet-cepet tak unboxing,"
"Jadi, boleh ya, Mas udah nunggu lama banget lhoh, sayang," sambungnya.
Anna diam, tak menjawab. Tatapannya turun agar tidak bertemu pandang dengan dosen yang juga menjabat sebagai suaminya. Sungguh ia sangat gugup. Anna bukan gadis yang biasa memamerkan tubuhnya untuk konsumsi publik. Orang tuanya selalu melarang untuk berpakaian terbuka. Jika keluar rumah maka wajib untuk mengenakan hijab.
Sampai sekarang bahkan suaminya pun belum melihat setiap inci dari tubuh gadis itu. Anna sangat egois dan ia baru menyadari itu belakangan ini. Lebih tepatnya setelah kalimat frontal yang diucapkan Adam tempo hari. Ia mengaku hampir gila karena menahan hasratnya.
Selama hampir dua puluh tujuh tahun Adam hidup, belum pernah sekalipun terbesit di pikirannya untuk melakukan hal kotor itu. Walaupun dengan Sheilla yang bernotabe sebagai pacarnya.