"Masih ingat pulang?"
Anna yang sedang merias diri kamar langsung berlari turun saat mendengar gebrakan pintu yang cukup keras. Tadinya ia merasa takut karena Adam sedang tidak di rumah. Mau minta tolong pada siapa coba kalau beneran yang masuk maling atau psikopat seperti di film-film itu.
Tapi perempuan itu malah dikejutkan dengan keadaan suaminya yang sangat mengenaskan, tidur di sofa tak bertenaga. Sekedar menjawab pun tidak. Kepalanya enggan untuk diangkat dan menoleh.
Anna berjongkok, menyetarakan tingginya dengan Adam. Mata lelaki itu setengah terpejam dengan rambut berantakan. Keadaannya sangat miris.
"Mas," Anna mengguncang pundak Adam pelan. Membuat mata si empunya nama sedikit terbuka. Tidak lama, setelahnya tertutup lagi.
"Kenapa?" Kening Anna sudah dipenuhi kerutan. Perempuan itu bahkan tak ingat lagi kalau ia masih menyapukan blash on di satu pipinya. Alhasil setengah pipinya bak kepiting rebus.
"Mas, kenapa? Kamu jangan bikin orang panik deh, nggak lucu tahu pulang-pulang langsung tepar gini, kenapa?" Omel Anna kembali mengguncang pundak Adam.
"Kepala saya sakit," jawab Adam dengan lirih.
Anna geleng-geleng kepala sambil berdecak sebal. Tak mau luluh dengan keadaan si killer yang tega meninggalkannya semalam. Bayangkan saja Anna di rumah sendirian jam setengah tiga pagi. Dia nggak mikir apa gimana takutnya perempuan itu?! Lagian perginya alasan untuk bertemu Sheilla. Dasar brengsek.
Tak mau memperpanjang pertanyaannya, Anna segera kembali ke kamar. Merias diri dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Biarlah si killer itu mengurus dirinya sendiri. Toh dia juga tidak pernah memikirkan perasaan Anna. Lalu kenapa Anna harus memikirkannya?
Menyapukan blash on di sebelah pipinya lagi, Anna lantas mengoleskan lip tint di bibir. Membuat perempuan itu terlihat semakin cantik dari pantulan cermin. Tubuhnya dibalut dengan kemeja cream dengan rok panjang warna hitam dan hijab senada. Perempuan itu berputar-putar di depan cermin, memastikan outfit yang dia kenakan cocok.
Anna memasukkan laptop, binder dan pulpen ke dalam tas. Perempuan itu turun ke bawah selagi menunggu ojek online pesanannya menjemput. Namun sesaat Anna teringat kalau Adam sedang sakit. Lelaki itu masih terbaring di atas sofa ruang tengah. Pun dengan posisinya yang belum berubah.
Tak tega sebenarnya melihat Adam seperti ini. Mungkin benar kepalanya sangat sakit. Tapi salahnya sendiri toh, orang sakit malah memaksakan pergi.
"Sakit banget?" Sampai beberapa detik Anna tunggu, namun tidak ada sahutan suara dari Adam. Tunggu, apa mungkin dia pingsan?!
Heh, yang benar saja! Benarkah dia pingsan?! Tapi kan cuma sakit kepala, bagaimana bisa sampai pingsan.
Ah semesta tolong jangan bercanda. Anna tidak kuat menggendong si killer itu ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Random"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...