"Makasih."
"Sama-sama. Jangan sungkan Ann kalo mau cerita, gue sama Icha bakal selalu ada kok buat lo. Jangan pendem sendirian kalo ada masalah. Kayak gue aja, dibawa santai. Nyokap bokap mau cerai silahkan, asalkan duit jajan nggak berkurang."
Reflek Anna memukul Alan dengan handphonenya. Membuat cowo itu terkekeh pelan.
"Orang tua mau pisah malah bangga, situ sehat?"
"Alhamdulillah enggak, udah sana masuk. Nanti suami lo yang darah tinggi lagi gegara istrinya pulang dianter cowo ganteng kaya gue."
"Males gue ketemu dia,"
"Lihat tuh Ann, tatapan suami lo udah kaya mau gebukin gue." Anna mengikuti kemana arah tangan Alan. Cowo itu menunjuk balkon kamarnya yang menampilkan sosok Adam dengan balutan busana santai. Sepertinya dia sudah kembali dari tadi.
"Ngeri gue, takut langsung di-hap, kan berabe.
Sana masuk,"Dengan terpaksa Anna melepas jaket hitam yang ada ditubuhnya. Menyerahkan kepada yang berhak.
"Sekalian cuci anjir, udah sebulan belum gue laundry tuh,"
"Pantes bau bangke tikus."
"Anjir, nggak punya sopan santun amat neng. Udah sana masuk, gue tungguin dari sini, ntar kalo ada perang gue langsung yang tengahin,"
"Sumpah Lan males banget,"
"Masuk Ann, ngeri gue diliatin terus sama Pak Adam gitu, udah kayak ketahuan hamilin Lo aja. Sana," Alan mendorong pelan lengan Anna. Mau tak mau perempuan itu membuka gerbang rumah, masuk lantas menguncinya.
"Sana pergi." Kata Anna sebelum menghilang di balik pintu.
Pertemuan tidak sengajanya dengan Alan membuat beban kepala Anna sedikit berkurang. Tumben sekali otak cowo itu lurus, bahkan mengajaknya untuk cepat-cepat pulang sebelum kepergok Adam seperti tempo hari.
Anna menghirup oksigen dalam-dalam sambil menyiapkan diri untuk bertemu suaminya. Tiba-tiba sekelebat bayangan beberapa jam lalu kembali memenuhi pikiran perempuan itu. Dimana tangan Adam mengusap pipi perempuan itu dengan lembut. Menggenggam tangannya penuh kasih.
"Stop Ann. Nggak usah lebay." Gerutu perempuan itu sembari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Anna langsung masuk ke dalam kamar mandi. Mendinginkan tubuhnya sebelum ada perang kedua yang terjadi. Adam pasti akan memakinya lagi seperti waktu itu. Menuduhnya selingkuh dengan Alan.
Air dingin membasahi tubuhnya di malam hari. Anna tak peduli kalau dirinya bisa saja sakit. Lelehan-lelehan bening terasa hangat membasahi pipinya. Perempuan itu kembali menangis.
Entah sudah berapa kali Anna mengeluarkan hujan dimatanya karena Adam. Lelaki brengsek yang menjadi suaminya.
Setengah jam kemudian Anna keluar dengan balutan handuk kimono dan rambut yang disanggul ke atas. Tentu saja dengan bibir yang tampak pucat karena hawa dingin terasa menusuk kulit. Anna duduk di depan meja rias lantas mengoleskan berbagai skincare di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
De Todo"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...