🥀40. Sisi Manis 🥀

4.5K 167 8
                                    

"Eh udah bangun, Mas kirain masih tidur,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh udah bangun, Mas kirain masih tidur,"

Anna hanya tersenyum lantas menunduk, kembali berkutat pada sayuran yang tengah ia potong-potong.

Adam yang baru saja pulang dari lari paginya, langsung menghampiri gadis itu. Ah ralat-sekarang ia bukan lagi seorang gadis. Mengingat semalam Adam menidurinya dengan begitu gagah. Membuatnya kehilangan akal karena terus mendesah di bawah kungkungan lelaki itu.

Masih lengkap dengan sepatu dan keringat yang bercucuran di tubuhnya, Adam memeluk tubuh Anna dari belakang. Membuat wanitanya berjengit kaget.

"Mas, lepas dulu, aku mau masak,"

"Ndak usah,"

"Lhoh, nanti kamu mau sarapan apa kalau aku ndak masak?"

"Sarapan kamu lagi saja ndak apa-apa, ikhlas lahir batin Mas mah," jawab Adam sambil terkekeh.

Anna bergidik ngeri. "Lepasin ih Mas." Anna memberontak, membuat Adam mengendurkan pelukannya. Tapi tangan kekar lelaki itu masih tak mau berpindah dari perut istrinya. Memperhatikan tangan lihainya dalam menyiapkan sarapan dari belakang.

"Kayaknya udah beneran siap jadi ibu nih,"

"Ih Mas geli, kamu jangan bercanda deh, aku lagi masak." Pekik Anna kala tangan nakal Adam mulai menggelitik pinggangnya.

"Masih pagi Mas, jangan tidur dulu. Lagian mimpi kamu kejauhan, aku masih kuliah. Semester satu kalo kamu lupa. Aku belum siap kalo harus ngurus dua orang sekaligus plus kuliah. Berat banget." Lirih Anna yang berhasil membuat tangan Adam terlepas dari pinggangnya.

Lelaki itu enggan mendebat, ia hanya diam sambil memperhatikan istrinya memasak. Adam baru sadar kalau ternyata setiap pagi ia melewatkan kesempatan ini. Kesempatan yang harusnya bisa membuatnya dan Anna semakin dekat.

"Kamu mandi gih, habis itu bantuin aku ngerjain tugas. Kamu udah janji lhoh semalem, sana,"

Adam terkekeh. Ia memeluk Anna sangat erat, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher. Tak peduli kalau keringatnya membuat Anna bau. Anna sendiri sampai bingung, tumben sekali dosen ini manja.

"Males,"

"Harus mandi Mas, gatel nanti kalo ndak mandi,"

Adam menggeleng di ceruk lehernya. Napas hangat lelaki itu menyapu kulitnya, membuat jantung Anna berdegup sangat kencang. Tanpa diminta semburat merah kembali muncul di pipinya.

"Yasudah, mau sarapan dulu saja?" Tawar Anna.

Adam baru mengangguk. "Sarapan kamu,"

"Mas."

"Dalem sayang?"

"Inget umur,"

"Umur Mas baru dua puluh enam,"

"Iya, makanya udah nggak cocok sayang-sayangan, kaya remaja baru kenal cinta aja,"

"Tapi istri Mas yang paling cantik ini masih anak-anak, dibawah umur. Jadi Mas harus bisa nyesuaiin dong, Mas ndak mau dikira abang kamu," jelas Adam sambil mengelus pipi Annandhita.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang