🥀77. Kedatangan Bimo🥀

2.5K 128 3
                                    

"Angkat Mas, siapa tahu penting,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Angkat Mas, siapa tahu penting,"

"Biarin aja Dek,"

"Kasian lhoh, dari tadi telepon terus. Nggak ada salahnya juga kalo kamu angkat,"

"Ndak usah,"

"Kalo Mbak Sheilla kenapa-napa gimana? Dia baru keluar dari rumah sakit juga lhoh,"

"Sheilla bukan tanggung jawab saya."

Anna berdecak sebal. Dasar si killer ini keras kepalanya tidak pernah luntur. "Kamu yang angkat atau aku yang angkat."

"Ndak usah, dibilangin suami jangan ngeyel deh,"

"Astaghfirullah, siapa tahu itu penting. Mbak Sheilla juga kemaren udah minta maaf sama aku, nggak baik Mas nyimpen dendam sama orang. Apapun kesalahannya, kita harus memaafkan. Allah aja sering maafin kesalahan kita, kenapa kita enggak? Angkat ya,"

"Iya ibu negara, iya." Dengan kesal Adam meraih handphonenya yang ada di atas meja. Lantas menggeser panel hijau pada layar.

"Kenapa?" Tanyanya dengan malas.

Anna yang melihat ekspresi lelaki itu langsung menyenggol lengannya. Tidak bisakah dia berkata lebih lembut lagi?

"Saya tidak menerima tamu."

Kening Anna mengkerut, lantas meminta Adam untuk mengaktifkan loud speaker. Perempuan itu tahu yang menelpon suaminya adalah Bimo, adik Sheilla. Sekaligus dalang di balik pembullyan yang Anna terima.

Coba saja kalau Bimo tidak melakukan tindakan bodoh itu, hidup Anna pasti nyaman tentram. Tidak ada drama tampar-tamparan yang ia terima. Sakitnya Memnag tidak seberapa, tapi malunya. Sampai kapanpun Anna tidak bisa lupa kejadian hari itu. Bimo juga membahayakan calon anaknya.

Konyol memang cowo itu.

"Saya mau minta maaf sama istrinya Mas Adam."

"Tidak perlu."

"Alamatnya dimana?"

"Saya tidak perlu permintaan maaf kamu, kamu dengar?"

Anna kembali menyenggol lengan Adam. Melotot tajam pada lelaki yang masih menampilkan wajah datarnya.

"Saya juga nggak perlu dimaafin, yang penting saya sudah minta maaf. Mbak Sheilla yang nyuruh." Jawab Bimo tak kalah ketus.

"Tidak perlu. Saya tutup, assalamualaikum,"

"Kasih alamatnya dulu Mas."  Bimo sedikit membesarkan suaranya. Membuat Anna terkejut.

Perempuan itu saling adu tatap dengan Adam. Sungguh Anna ingin mengubah wajah datarnya menjadi oval. Tidak bisakah dia menampilkan ekspresi biasa saja?

Dasar si killer menyebalkan.

"Mas."

"Nggak ada salahnya diterima Mas," bisik Anna.

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang