Stronger Than You VI

1.2K 236 102
                                    


Aroma obat-obatan seakan tak bisa dipisahkan dari rumah sakit. Seluruh gedung yang dicat dengan warna putih, juga para pekerjanya yang mengenakan pakaian dengan warna senada menyambut mereka yang datang untuk sekedar menengok orang yang dikenal, atau menjadi salah satu pasien di dalamnya.

Seorang siswa SMA dengan paras yang menawan kini menjadi salah satu dari banyaknya orang yang terbaring di ranjang rumah sakit. Mata indahnya kini tertutup dan jantungnya berdetak tenang tanda ia tengah terlelap. Tak seperti suasana rumah sakit yang biasanya, dalam tidurnya Felix bisa mendengar suara pukulan disertai makian keras dari seseorang. Riuhnya orang-orang di sekeliling pun tak luput ia dengarkan.

Perlahan Felix membuka matanya dan seketika ia merasa heran ketika ada banyak orang yang berada di sekelilingnya. Ah tidak, orang-orang itu tidak menatapnya, melainkan mengerubungi sesuatu yang ia duga sebagai sumber keributan.

"Apa yang akan kau lakukan seandainya putraku tewas di tempat kejadian?! Apa kau masih akan diam seperti ini?!" Teriak seorang laki-laki yang kini berhasil ditarik menjauh oleh dua orang satpam rumah sakit.

Felix bangun dari berbaringnya dengan tubuh yang terasa lemas dan kepala yang berdenyut sakit. Matanya menatap sekeliling dan seorang perawat yang ada di ruangan itu segera mendekatinya untuk mengecek keadannya.

"Apakah anda sudah merasa lebih baik?" Tanya sang perawat membuat lelaki dewasa yang merupakan ayah Felix menoleh menatap ke arah putranya.

Belum sempat Felix mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba ia merasakan panas di pipinya akibat tamparan keras yang baru saja diberikan ayahnya.

"Seberapa banyak lagi kau akan menyusahkanku?! Bukankah aku sudah bilang untuk diam dan bersikap dengan baik?! Kau benar-benar sulit diatur sama seperti ibumu!" Teriak ayah Felix dengan marah hingga dadanya naik turun karena luapan emosi yang membuncah.

Felix menatap marah ke arah ayahnya kemudian dengan sisa tenaga yang dimiliki pemuda manis itu balas berteriak pada ayahnya.

"Berhenti menyalahkan ibu soal sikap burukku! Harusnya ayah sadar bahwa sikap kasar ayah adalah contoh yang buruk untukku!"

PLAK

"Jernihkan pikiranmu dan jangan berani-beraninya kau melawanku lagi," ucap ayah Felix sebelum kemudian pergi meninggalkan ruangan dimana Felix dirawat.

Satpam yang masih ada disana segera membubarkan kerumunan yang terjadi hingga akhirnya Felix bisa melihat seorang lelaki terduduk di lantai dengan beberapa tetes darah di sekitarnya.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Felix sembari turun dari ranjang dan menghampiri Changbin yang sedang dibantu oleh seorang satpam untuk berdiri.

Changbin mendongak menatap Felix memperlihatkan hidungnya yang berdarah dan wajahnya yang dihiasi beberapa luka lebam. Satpam tadi menuntun Changbin untuk duduk di sebuah kursi dan seorang perawat bergegas mengobati luka lelaki itu.

"Seo Changbin," gumam Felix dengan panik karena baru kali ini ia melihat Changbin dihajar dengan begitu parah oleh ayahnya.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Changbin pada Felix tanpa mempedulikan lukanya sendiri.

"Kau yang dihajar harusnya aku yang bertanya begitu!" Ucap Felix dengan kesal karena Changbin terlihat begitu tenang meski kondisinya memprihatinkan.

"Kau hampir terbunuh peluru jika kau lupa," ucap Changbin membuat Felix mencoba mengingat apa yang terjadi di sekolahnya pagi tadi.

Felix mencoba kabur dan kebodohannya membuatnya jatuh hingga dokter Jung menatapnya. Hal terakhir yang ia ingat hanyalah wanita itu mengarahkan pistol ke arahnya dan sepersekian detik kemudian suara tembakan terdengar, namun ia tak mengingat apapun setelah itu. Apakah dirinya tewas karena terkena tembakan?

Three Words 5 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang