Three Words 5 [ChangLix]

Deja Vu 🔞

Warn!Sex scene

Matahari tak terlihat lagi. Bulan yang biasanya menggantikan tugas menyinari langit pun terlihat malu menampakkan diri. Suara guntur sesekali terdengar menemani langkah seorang pemuda berusia pertengahan 20an. Lee Felix melangkah di tengah koridor apartemen yang tampak sepi. Si pemuda manis berambut hitam itu berhenti di depan pintu unit apartemennya dan dengan tak sabar ia membuka pintunya untuk segera mengistirahatkan diri.

"Home sweet home," ucap Felix sembari menyalakan lampu apartemen dan berjalan cepat menuju sofa untuk menjatuhkan tubuhnya disana.

Jam menunjukkan pukul 9 lewat dan pemuda manis itu baru sampai di apartemen lantaran lembur menyelesaikan pekerjaan. Besok merupakan akhir pekan dan Felix berencana menghabiskan harinya di apartemen dengan bermalas-malasan.

"Mandi atau tidur?" Gumam Felix dengan mata yang menatap lurus ke arah televisi dimana pantulan dirinya terlihat.

"Hm.. Tidur di bathtub saja kalau begitu, sekali mendayung dua pulau terlampaui," lanjutnya masih bermonolog sebelum kemudian berjalan menuju kamar mandi apartemennya.

Dua jam berlalu Felix keluar dari kamar mandi sembari meregangkan tubuhnya yang terasa segar sekaligus pegal karena tidur dalam posisi yang kurang nyaman di dalam bathub. Tubuhnya dibalut sebuah bathrobe berwarna hitam yang tampak kontras dengan kulit pucatnya. Pemuda manis itu mengusak rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil sembari berjalan menuju dapur untuk mencari beberapa makanan untuk menemani malam akhir pekannya.

"Oh, kosong seperti hatiku," ucap Felix ketika melihat isi kulkasnya yang hanya diisi oleh beberapa kotak susu dan juga buah yang tentunya tak membuatnya berselera.

Felix memutuskan untuk pergi ke ruang tengah. Pemuda manis itupun duduk di sofa sembari memainkan ponsel untuk memilih makanan yang ingin ia pesan. Sesekali ia akan menelan ludah melihat gambar makanan yang dipajang sebelum kemudian ia meletakkan ponsel setelah memesan beberapa menu kesukaannya.

Felix mengambil remote televisi dan beberapa saat kemudian suara alunan musik memenuhi ruangan yang didominasi warna hitam dan putih itu. Matanya terpejam dan tangannya bergerak mengikuti irama dengan sesekali terdengar gumaman dari si pemuda manis yang menikmat melodi indah dari sang penyanyi. Setelah beberapa lagu terputar, suara bel apartemen terdengar membuat Felix segera bangun dari duduknya untuk membukakan pintu.

"Mau minum? Aku bosan."

Felix menatap seorang pemuda bertubuh gagah di hadapannya. Bukan seorang kurir makanan yang datang, melainkan seorang tetangga apartemen yang diam-diam Felix sukai karena tubuh kekar dan juga wajah tampannya. Ah, Felix pecinta sesama jenis, sudah jelas kan?

"Kau selalu saja mengajakku minum tiap akhir pekan, carilah kekasih agar kau tidak terus merecoki akhir pekanku," ucap Felix sembari mempersilahkan si tetangga untuk masuk.

Mungkin Felix terdengar sedang protes namun itu hanyalah sebuah basa-basi, kenyataannya Felix sangat suka si tetangga datang kesana karena itu berarti ia bisa memandangi tubuh kekar itu sepuasnya. Ya.. Sebegitu kagumnya Felix pada tubuh tetangganya itu

Namanya Seo Changbin, pemuda berusia sekitar pertengahan 20an yang sukses membangun bisnisnya sendiri. Wajahnya tampan, tubuhnya bagus, memiliki catatan akademis yang cemerlang dan memiliki sifat yang baik. Terdengar sangat sempurna namun itu yang Felix ketahui darinya. Mereka mulai berteman sejak Felix pindah ke apartemen itu setahun yang lalu dan keduanya sesekali menghabiskan waktu mengobrol santai ketika akhir pekan, namun siapa sangka jika Felix sebenarnya menyimpan ketertarikan pada pemuda tetangganya itu.

"Aku tidak mungkin mengajak minum bibi tetangga yang galak itu kan?" Tanya Changbin sembari duduk di sofa dimana Felix duduk tadi.

"Coba saja, dia kan sudah menjanda bertahun-tahun. Siapa tau dia mau denganmu," ucap Felix sembari mendudukkan dirinya di samping Changbin.