Kanigara III: Revealed

867 192 34
                                    


"Kau ingat sepupu Felix yang pernah aku sebut?" Tanya Jisung berbisik pada Changbin.

Changbin menatap keluar dimana Minho sedang mengobrol bersama kakeknya di teras depan. Pemuda itu mengangguk kemudian kembali menatap sepupunya.

"Dia adalah orang yang paling dekat dengan Felix, kalau kau ingin tau tentang anak itu tanyakan saja padanya."

"Apa dia sama dengan Felix?"

"Huh? Maksudmu?"

Changbin menggeleng kemudian pemuda itu kembali menatap Minho. Ia tak bisa sembarangan bicara pada siapapun di desa itu. Terlepas dari Felix adalah Kanigara atau bukan, namun sikap pemuda manis itu saja sudah sangat aneh untuk diceritakan.

"Apa kau tau kabar Felix sekarang?" Tanya Changbin yang teringat soal ucapan Jisung tadi.

"Tentu saja tidak."

Changbin kembali diam. Ia ingin tau penyebab dirinya dan Felix pingsan secara bersamaan. Sejak perkenalannya dengan Felix rasanya ada banyak hal yang tak masuk akal terjadi. Sesuatu yang ia yakin tak akan bisa dipahami dengan mudah hanya dengan penjelasan dari internet.

"Kau mau makan sesuatu? Biar aku belikan di pasar," ucap Jisung sembari bangun dari duduknya.

Changbin menggeleng namun kemudian mengangguk ketika ia ingat sesuatu.

"Bisakah kau belikan aku sarung tangan plastik?"

Jisung menatap bingung namun pemuda itu hanya mengangguk sebelum kemudian mengambil kunci motornya.

"Kak Minho, mau ikut tidak?" Tanya Jisung yang masih bisa Changbin dengar dari dalam.

"Kemana?"

"Pasar."

Minho menoleh ke dalam, menatap Changbin yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Ayo, ada sesuatu yang harus aku beli," ucap Minho yang kemudian berpamitan pada kakek Hans.









Tok tok

Changbin mengetuk pintu kayu di depannya sekali lagi. Sudah beberapa menit ia berdiri di sana namun tak ada seorangpun yang muncul untuk membukakan pintu. Changbin datang ke rumah Felix sore itu. Ia ingin tau keadaan pemuda manis itu sekaligus mencari tau penyebab mereka pingsan secara mendadak.

"Permisi," ucapnya setelah ketukannya tak ditanggapi.

"Bibi sedang mengantar pesanan ke kampung sebelah," ucap seseorang dari belakang membuat Changbin memutar tubuhnya.

Minho ada disana, dengan celana olahraga berwarna hitam dan juga jaket dengan warna senada. Penampilan yang sewajarnya namun ada satu hal yang menarik perhatian Changbin. Sesuatu yang tak ia lihat ketika siang tadi Minho di rumah kakeknya. Sebuah luka yang terlihat seperti bekas cakaran hewan di area dekat telinga Minho.

"Dicakar kucing tetangga," ucap Minho yang seakan paham dengan rasa penasaran Changbin.

"Felix ada kak?" Tanya Changbin setelah rasa penasarannya terjawab.

"Mau apa?" Tanya Minho membuat Changbin bertanya-tanya. Normalnya jawaban yang diberikan antara iya atau tidak, tapi kenapa Minho bertanya seperti seorang satpam kompleks?

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya."

"Apakah mendesak? Aku rasa lebih baik kau datang besok pagi. Tidakkah kau merasa takut berkeliaran ketika hari hampir gelap?"

Angin berhembus lumayan kencang menggoyangkan bunga-bunga matahari yang ditanam di sekitar rumah Felix. Sebuah kelopak terlepas dan terbang hingga mengenai wajah Changbin. Ada yang aneh, batin pemuda itu.

Three Words 5 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang