The Best Star

3.9K 324 85
                                    

Rating 15+




Pemandangan di ibukota tak pernah berubah setiap harinya. Gedung-gedung pencakar langit ada di setiap mata menandang. Kendaraan memadati jalanan selama 24 jam seakan penduduknya tak pernah memiliki waktu untuk beristirahat. Kehidupan di kota tak pernah mati, sebagian orang bergelut dengan pekerjaan ketika matahari bersinar terang dan beberapa lainnya membanting tulang ketika hari telah petang. Kendaraan terus berseliweran, pun dengan orang-orang yang berjalan cepat di trotoar untuk mengejar waktu, mereka sibuk dengan dirinya sendiri tanpa punya waktu untuk sekedar memperhatikan sekitar.

Saat itu baru memasuki musim dingin dan pergantian musim tak pernah menyurutkan semangat kerja semua orang. Termasuk Felix, seorang pemuda berambut pirang yang berjalan cepat menyusuri trotoar dengan kopi panas di genggamannya. Sore itu ia memiliki sebuah pekerjaan yang harus dikerjakan dan membuatnya harus rela menembus cuaca dingin yang begitu menusuk kulit.

Kakinya terus melangkah menuju sebuah bangunan bercat putih yang terletak di tengah kota. Itu merupakan kawasan mahal dimana kaum borjuis tinggal dengan pertokoan barang bermerk yang menghiasi jalanannya. Orang-orang yang lewat disana berpenampilan glamor dan dalam sekali tatap saja Felix bisa tau bahwa mereka merupakan orang yang memegang jabatan penting di dalam pekerjaannya. Ah tapi tak jauh beda dengan penampilan Felix dimana tubuhnya dibalut oleh berbagai merk terkenal yang memiliki harga tak main-main.

Pemuda manis itu menekan bel di depan sebuah bangunan penginapan mewah hingga beberapa saat kemudian seseorang membukakan pintu dan mengarahkan Felix masuk ke sebuah ruangan lebar dengan ranjang besar di tengahnya. Di sudut ruangan ada berbagai macam peralatan yang dipergunakan untuk mensukseskan rekaman film.

Felix menyapa orang-orang yang ada di dalam ruangan kemudian pemuda manis itu duduk di sebuah kursi lipat menghadap ke monitor. Sekarang kalian tau apa pekerjaan Felix? Ya, seorang sutradara film. Bukan seperti film garapan perusahaan ternama, film Felix khusus ditujukan untuk para penonton dewasa atau dalam kata lain merupakan film biru.

"Dimana aktornya?" Tanya Felix setelah menyesap kopi panasnya.

"Masih bersiap sebentar lagi. Apa sutradara Lee ingin memakan sesuatu sembari menunggu?" Tanya seorang asisten produksi yang berdiri di dekatnya.

"Tidak perlu, apakah ada permen mint?" Tanya Felix sembari menoleh menatap asistennya yang dengan segera mengambil sebungkus permen di dekatnya dan memberikannya pada Felix.

"Terima kasih," ucap Felix yang kemudian memakan permennya dengan tenang sembari memainkan ponsel untuk menunggu semua siap.

"Seo Changbin sudah ada di sini," ucap asisten tadi membuat Felix mendongak menatap seorang laki-laki dengan balutan bathrobe yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah Felix kemudian membungkuk dan memeluk Felix sebagai sapaan akrab antara keduanya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Felix berbasa-basi yang dijawab kedikan bahu dari pemuda itu.

"Cukup baik, bagaimana dengan sutradara Lee?" Tanya Changbin balik.

"Ya seperti yang kau lihat, cukup sehat dan menawan," ucap Felix membuat Changbin terkekeh pelan.

"Kali ini kau bermain sendiri," ucap Felix yang kemudian memberi isyarat pada Changbin untuk duduk di sampingnya.

"Apa sutradara Lee mau bergabung?" Tanya Changbin dengan nada bercanda sembari mendudukkan dirinya di sebuah kursi lipat di samping Felix.

"Lain kali mungkin?" Jawab Felix yang diakhiri dengan tawa dari keduanya.

"Baiklah mengobrolnya nanti lagi, bersiaplah di tempatmu," ucap Felix yang kemudian memerintahkan asisten produksi untuk bersiap memulai rekaman hari ini.

Three Words 5 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang