"Kak."
Changbin yang sedang sibuk dengan laptop di hadapannya mendongak menatap seorang pemuda tetangga kamar kosnya yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
"Apa?" Tanya Changbin sembari menatap tampilan tetangga kamarnya yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos lusuh kebesaran. Mirip gelandangan, untung wajahnya yang di atas rata-rata menyelematkan penampilannya.
"Besok kak Changkibar ada kelas pagi kan?"
"Itu chunky bar Felix," jawab Changbin mencoba bersabar.
"Changkibar," ulang pemuda bernama Felix dengan tanpa dosa.
Changbin menghela nafas kemudian pemuda itu kembali menjawab baik-baik ucapan Felix agar pemuda itu segera mengatakan tujuannya datang kesana.
"Oke terserah, kenapa kau kesini?"
"Besok kak Changbin ada kelas pagi kan?" Tanya Felix yang kali ini memanggil dengan nama yang benar.
"Iya, ada apa?"
"Bisa tolong bangunkan aku? Besok pagi aku ada kelas pengganti tapi kakak kan tau aku tidur seperti orang mati," ucap Felix dengan mata yang berbinar memohon agar Changbin mau berbaik hati membangunkannya.
Changbin enggan sebenarnya. Ia pernah diberi permintaan serupa dan saat itu ia hampir mendobrak pintu kamar Felix jika saja pemuda manis itu tidak bangun karena terjatuh dari ranjang. Felix benar-benar susah dibangunkan dan Changbin tidak mau emosi di pagi hari hanya karena membangunkan bocah itu, tapi kan.. Sebagai sesama anak rantau ia juga tidak tega jika tidak mengiyakan.
"Jam berapa?"
"Jam 6 ya kak?"
Changbin mengangguk dan Felix tersenyum senang melihatnya. Ia merasa mendapat malaikat dari surga yang diturunkan ke bumi untuk membantunya bangun pagi. Iya, selebay itu.
"Terima kasih kak Changkibar!" Ucap Felix dengan semangat dan berbalik pergi kembali ke kamarnya.
Lalu sebuah kerusuhan terjadi. Suara berisik diikuti debuman di lantai menghebohkan seisi kos. Changbin yang baru saja mengetik satu kata di laptopnya segera berdiri dan melongok keluar untuk melihat apa yang terjadi. Disana, di tengah lantai koridor kos ada Felix yang jatuh terduduk dengan baju lusuhnya yang basah.
"Loh kok jatuh?" Tanya seorang pemuda dengan tongkat pel di tangannya.
"Jisung kenapa mengepel lantai malam-malam? Sudah begitu menaruh ember air di tengah koridor pula, sakit tau!" Omel Felix sembari mengusap pantatnya yang baru saja berciuman dengan lantai.
Jisung yang masih memegang tongkat pel hanya menatap tanpa dosa kemudian pemuda itu mendorong pantat Felix agar bergeser dari duduknya.
"Makanya jangan pecicilan, matanya juga dipakai jangan hanya dijadikan pajangan. Masa iya ember sebesar sumur sadako tidak kelihatan," jawab Jisung yang kemudian melanjutkan acara mengepelnya dengan khidmat tanpa mau repot membantu Felix berdiri.
"Aku kan sudah berjalan pelan seperti miss universe," jawab Felix masih tidak mau berhenti berdebat.
"Pergi sana rakyat jelata, jangan menghalangi sultan yang sedang piket," ucap Jisung yang kali ini mengusir Felix dengan tega.
Changbin yang masih betah menonton perdebatan seru segera masuk kembali ke kamarnya ketika Felix tiba-tiba menatap ke arahnya dengan tatapan yang mencurigakan. Pasti bocah rusuh itu mau merecoki hidupnya.
"Kak Changkibar tolong bantu aku!" Teriak Felix dari luar membuat Changbin menghela nafasnya. Benar kan apa dugaannya.
Lee Felix, seorang tetangga kamar kos Changbin yang terkenal rusuh meski baru beberapa bulan pindah kesana. Felix adalah maba alias mahasiswa bau, iya bau tapi baunya minyak telon anak bayi. Aroma tubuhnya sih sudah gemas-gemas imut tapi kelakuannya berbanding terbalik dengan penampilannya. Pernah melihat cacing yang diberi garam? Nah, itu adalah representasi dari Felix.
![](https://img.wattpad.com/cover/284685682-288-k258831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 5 [ChangLix]
FanficKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2021, September 11th ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearry10. Saya hanya mem...