Changbin dan Felix duduk berdua di taman sekolah. Tempat itu begitu sepi, para siswa yang datang ke sekolah sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga tak ada yang tertarik untuk datang kesana kecuali dua pemuda itu.
"Film yang bagus," ucap Changbin memecah keheningan yang terjadi sedari mereka mulai duduk disana.
"Aku menontonnya karena aku menyukai film dan bukan karena aku memiliki ketertarikan dengan laki-laki," ucap Felix menjelaskan dengan suara pelan.
Changbin menatap Felix kemudian pemuda itu terkekeh sebelum kemudian tangannya bergerak menepuk pelan kepala Felix.
"Apapun alasanmu bukanlah suatu masalah. Semua karya bisa dinikmati siapa saja tanpa harus ada alasan pasti. Entah itu film, lagu, lukisan maupun puisi dan karya sastra lainnya, semua hal itu tidak bisa menjadi tolak ukur orientasi seseorang. Jika kau menyukai sebuah karya ataupun genre tertentu maka kau bisa menyukainya dengan bebas tanpa harus memikirkan pendapat orang lain tentangmu."
Changbin menjauhkan tangannya dari kepala Felix kemudian pemuda itu menatap ke langit biru yang terlihat indah siang itu.
"Cerita di film itu cukup menarik, aku rasa kau tidak harus menjadi gay untuk bisa menikmatinya," ucap Changbin dengan suara pelan.
"Apa kau percaya dengan cinta sejati?" Tanya Changbin sembari menatap Felix yang kini tengah menatap dedaunan rimbun yang bergoyang tertiup angin.
"Apa yang kau harapkan dari pendapat seorang anak SMA?" Tanya Felix balik mengutarakan pikirannya.
"Kisah remaja juga bisa rumit, bukankah salah satu peran di dalam film itu juga masih berusia remaja?"
"Elio hanya perlu melupakan masa lalunya dan mencari orang lain, sama seperti Oliver yang bisa dengan mudah menemukan seorang pendamping. Kenapa juga Elio harus bertahan dengan cinta yang tidak pasti?
"Kau pikir semudah itu?"
Felix menatap Changbin sejenak sebelum kemudian pemuda manis itu kembali menatap ke depan sembari membenarkan letak tudung hoodienya.
"Orang bilang seorang penulis lagu memiliki pemikiran rumitnya sendiri. Kau sama saja, aku tidak paham dengan pikiran rumitmu itu."
"Pikiranku tidak rumit. Ini sangat mudah ditebak, tapi tidak dengan orang sepertimu."
"Apa maksudmu orang sepertiku? Apa kau baru saja mengatakan bahwa aku bodoh?"
"Ya, kau bodoh," ucap Changbin dengan santai membuat Felix terpancing emosi.
"Jadi kau mengajakku kemari hanya untuk mengolokku?"
Changbin menoleh ke arah Felix kemudian pemuda itu tersenyum melihat Felix yang memasang ekspresi kesal.
"Kau tidak bodoh asalkan kau mau ikut aku berkeliling kota malam ini," ucap Changbin sembari menatap lurus ke dalam mata Felix.
"Dalam mimpimu!"
Felix sudah sangat kesal jadi pemuda manis itu memutuskan untuk segera bangun dan pergi ke ruang club dance.
"Tunggu sebentar," ucap Changbin sembari menahan tangan Felix untuk tidak pergi.
"Aku ingin membuktikan sesuatu," lanjut Changbin dengan mata yang menatap lurus ke arah Felix.
Felix sudah bersumpah pada dirinya bahwa ia akan mengurangi imteraksi dengan Changbin namun ketika matanya bertemu pandang dengan mata pemuda itu entah kenapa ia justru mengangguk menyetujuinya. Kenapa ia bisa semudah itu setuju? Kenapa juga ia mau pergi berdua dengan Changbin? Bukankah itu membuat siswa lain semakin yakin bahwa mereka berkencan? Ah tidak tau, Felix pusing sendiri memikirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 5 [ChangLix]
FanficKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2021, September 11th ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearry10. Saya hanya mem...