Deja Vu II

1.7K 236 51
                                    


Felix duduk di pinggir sofa dengan sekaleng bir di tangannya. Sesekali pemuda manis itu akan melirik ke arah Changbin yang duduk di ujung lainnya kemudian ia akan meremas-remas tangannya yang terasa dingin karena gugup dan juga canggung. Meski kejadian tadi hanyalah mimpi namun ia merasa itu semua nyata dan terekam jelas dalam ingatannya. Bagaimana bentuk dari tubuh telanjang Changbin, bagaimana pemuda itu memperlakukannya, juga perasaan memuaskan setelah bercinta. Wajar kan jika ia merasa canggung tiap kali melihat tubuh tetangga kekarnya itu?

"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Changbin memecah keheningan di dalam apartemen itu.

"Ya.. Seperti biasa, tidak ada yang spesial," ucap Felix tanpa menatap ke arah Changbin yang tengah menatapnya.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Lanjut pemuda manis itu.

"Sama sepertimu, tak ada yang spesial. Setiap hari bertemu klien, mengurus dokumen, lalu keluar bersama teman kantor untuk makan malam. Membosankan bukan?"

"Kenapa tidak mencari kekasih untuk mengisi waktumu?" Tanya Felix yang kali ini menatap Changbin, namun sepersekian detik kemudian pemuda manis itu beralih menatap kaleng birnya untuk mengurangi rasa canggung.

"Apa menurutmu kekasih hanya dibutuhkan untuk mengisi waktu?"

"Tidak," jawab Felix dengan tegas sebelum kemudian meneguk birnya.

"Untuk memuaskan nafsu juga, iya kan?" Lanjut Felix membuat Changbin tersedak minumannya.

"Kau gila," ucap Changbin yang kemudian tertawa bersama Felix.

"Bercanda."

"Bagaimana denganmu, tidak tertarik untuk mencari pendamping?"

Felix tersenyum tipis. Tentu saja ia tertarik, apa lagi dengan seseorang yang baru saja mengajukan pertanyaan padanya. Kalau bisa sudah ia nikahi pemuda itu sekarang juga, tapi ia tak segila itu.

"Belum ada yang cocok," ucap Felix memberikan jawaban yang sewajarnya.

"Belum cocok atau kau saja yang terlalu pemilih?"

Felix menggeleng pelan kemudian pemuda manis itu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Kini ia makin santai, tak mau terlalu memikirkan mimpi basahnya tadi. Lebih baik menikmati momen yang nyata bukan?

"Aku tidak pemilih, aku hanya sudah menentukan pilihan."

"Bukankah kau bilang belum ada yang cocok?"

"Memang belum ada yang cocok."

"Lalu apa maksudmu menentukan pilihan?"

Felix menatap Changbin kemudian pemuda manis itu tersenyum tipis sebelum kemudian bicara.

"Menentukan pilihan untuk hidup sendiri. Sepertinya memiliki pasangan akan repot. Harus berkencan, memikirkan perasaan pasangan, belum nanti jika ada perselisihan. Aku belum ingin terjun ke dalam hubungan yang rumit, begini juga sudah nyaman."

"Bagaimana soal nafsu?" Tanya Changbin membuat Felix seketika terdiam karena perasaan canggungnya kembali lagi. Kenapa juga Changbin harus membahas masalah nafsu? Felix kan jadi malu.

"Ini memang sangat privat tapi aku hanya ingin tau soal pendapatmu sebagai sesama lelaki. Jujur saja terkadang aku merasa kesepian secara seksual. Tak ada yang bisa aku ajak diskusi masalah ini karena kebanyakan rekanku memiliki pasangan, jadi ya.. Aku hanya ingin menanyakan pendapatmu. Tak masalah jika kau tidak nyaman menjawab pertanyaanku."

"Sama denganmu," jawab Felix dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin agar Changbin tak dapat menebak perasaannya yang sesungguhnya. Ini sangat memalukan oke?

Three Words 5 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang