Ep 13: Sentuhannya

657 166 17
                                    


Sang Naga berpikir tindakan Lyria sangatlah menggemaskan. Begitu menggemaskan sehingga dia tidak bisa menahan tawanya. Sang Naga Kematian tertawa begitu bebas saat melihat Lyria berlari dengan segenap kekuatannya. 

Oh, kapan terakhir kali aku tertawa seperti ini?, batin Sang Naga

"Kau pikir kau bisa berlari lebih cepat dari seekor naga, Putri?" dia bertanya dengan nada mengejek. Sang Naga melihat Lyria melepaskan sepatu sementara Lyria terus berlari. Pemandangan itu membuat Sang Naga semakin tertawa terbahak-bahak lagi. 

Sang Naga sengaja membiarkan Lyria berlari. Masih berbaring di dekat batu besar, Sang Naga melihat Lyria mencoba mencapai hutan di sisi lain tanah lapang. Jelas bahwa Lyria berlari ke arah hutan untuk menyembunyikan dirinya di bawah kanopi pohon. Dengan ukuran naga yang besar, Sang Naga tidak akan dapat dengan mudah menemukan Lyria di antara pepohonan. 

Begitu Lyria hanya tinggal beberapa langkah dari pepohonan, Sang Naga akhirnya menerjang udara, kemudian dengan mudah mendarat di depan Lyria dalam hitungan sepersekian detik. 

Lyria sempat tertegun sementara melihat Sang Naga sudah mengejarnya begitu cepat. Sementara Sang Naga semakin terhibur melihat ekspresi Lyria yang bengong. 

Lyria bahkan sudah terengah-engah. Rambutnya yang longgar dan kusut berantakan telah membingkai wajah kecilnya. Bibir merahnya sedikit berpisah untuk mempermudah pernapasannya. Tepi gaun putihnya sudah robek di beberapa tempat. Dadanya di bawah gaun pengantin itu naik dan jatuh dalam ritme yang cepat.

Demi Dewi. Dia menakjubkan. 

Sang Naga ingin menikmati saat ini, berkomitmen untuk menangkap semua segi Lyria dalam ingatannya. 

Kalau saja aku bukanlah seekor naga. Aku ingin sekali...

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Lyria. Mata cokelatnya yang besar menatap Sang Naga begitu kentara tetapi Sang Naga justru semakin gemas terhadap Lyria. Naga itu merasa seperti beribu jarum menusuk hatinya saat melihat sisi imut Lyria ini. Tidak sakit, hanya terasa geli, menggelitik.

"Kau," naga itu menjawab tanpa basa-basi. 

Lyria tampak terkejut dengan jawaban Sang Naga.

"M–maksudmu... untuk memakanku?" 

Sang Naga tertawa terbahak-bahak untuk ketiga kalinya hari itu. Perutnya terasa geli karena tawa yang berlebihan dan matanya pun berair. Lyria, tentu saja, hanya terlihat lebih bingung. 

Begitu Naga Kematian sudah kembali tenang, dia menjawab sambil menyeringai, "Ya. Aku ingin melahapmu. Tapi kita sebaiknya saling mengenal dulu sebelum pergi ke tahap itu, bukan begitu?"

Lyria tercengang dengan jawaban Sang Naga. Lyria tahu apa yang dimaksudkan naga itu di balik kata-katanya, tetapi Lyria menganggap kata-kata itu tidak masuk akal. 

Apakah dia baru saja mengatakan dia ingin ... bersetubuh denganku? Dia? Seekor naga?  Denganku??? 

Lyria merasa sangat tidak percaya sehingga dia tidak sadar mulutnya telah berkata, "Apakah itu kebiasaanmu sebelum membunuh para gadis? Memaksa mereka untuk menyenangkan fetish–mu terlebih dahulu?" Lyria bahkan tidak tahu dari mana dia mendapat keberanian untuk berkata lebih lanjut, "Tidak heran kau disebut Naga Kematian." 

Naga itu berhenti tertawa seketika. Mata birunya menjadi dingin. 

Sial. Dia mungkin benar-benar akan melahapku sekarang. Secara harfiah.

"Salah," jawab Sang Naga dengan tenang, "Aku biasanya membakar para gadis tanpa bermaksud. Beberapa gadis bahkan dapat terbakar begitu saja hanya dengan berada di dekatku." 

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang