Lyria tidak tahu kapan tepatnya dia tertidur. Namun dia tahu bahwa dia merasa hangat. Ketika dia membuka matanya kembali, garis-garis cahaya dari pembukaan gua hampir membutakannya. Tapi sebelum dia bisa mengangkat tangannya untuk memblokir sinar matahari, sesuatu yang tampak seperti membran telah menghalangi cahaya dari menyerang matanya. Lyria memperhatikan bahwa itu adalah membran yang sama yang menutupi tubuhnya saat dia sedang tidur. Meskipun membran itu tidak menutupinya lagi, dia masih merasa hangat. Punggungnya, terutama, terasa hangat.
Butuh beberapa kedipan bagi Lyria untuk menyadari tiga hal. Satu, membran itu dalah salah satu sayap Arkan. Dua, dia tertidur di sebelah tubuh Arkan. Tiga, Arkan-lah yang memberinya perasaan hangat.
"Kamu sudah bangun?" Arkan bertanya dengan lembut.
Lyria mengulurkan tangannya. Dia merasa sedikit kaku. Mungkin kekakuan itu karena hari wanitanya. "Berapa lama aku tertidur?"
"Beberapa jam."
Lyria menatap wajah Arkan, yang telah menekuk lehernya untuk memeriksa Lyria. "Apakah kamu bisa tidur?"
"Karena kamu telah menyembuhkan lukaku," katanya, "Ya, aku bisa tidur."
Dalam hati, Lyria merasa lega.
Untuk sesaat mereka hanya saling memandang. Mereka sudah melakukan gencatan senjata. Status mereka saat ini sudah bukan penculik dan yang diculik kembali. Mereka adalah dua pihak dengan pijakan sama yang telah mencapai satu kesepakatan. Dan mereka tidak punya apa-apa untuk dikatakan kepada yang lain.
Keheningan di antara mereka membentang ke kecanggungan. Sampai akhirnya, Lyria berdiri dan berkata, "Aku akan kembali sekarang."
Arkan menarik sayapnya untuk memberi Lyria ruang untuk bergerak. Lyria membawa keranjang itu bersamanya dan setelah melihat kembali ke Arkan satu kali, Lyria kemudian mulai berjalan ke tangga.
"Tunggu," Arkan berkata.
Lyria berhenti. Namun dia tidak berbalik.
"Kembalilah kemari sore hari nanti," kata Arkan, "M–makan sianglah bersamaku."
Ketika Lyria tidak menjawab, Arkan melanjutkan, "Aku hanya ingin memastikan kamu makan dengan baik–"
"Mengapa?" Lyria masih memunggungi Arkan. Dia bisa mendengar napas Arkan sedikit terperanjat. Meskipun Lyria sempat berpikir itu karena luka-luka yang masih segar di tubuh Arkan.
"Ini bagian dari cara mematahkan kutukan," kata Arkan akhirnya. Kali ini, suaranya lebih rendah, "Bekerja samalah sesuai kesepakatan kita."
Lyria menarik napas dalam-dalam.
"Aku lelah hari ini setelah malam yang panjang mengatasi lukamu. Bisakah kita melakukannya besok, Emir?" dia bertanya.
"Baiklah," Arkan menjawab setengah mendesis, "Tetapi jika kamu tidak makan apa yang diberikan peri kepadamu hari ini, perjanjian itu tidak berlaku dan janjiku dari sebelumnya untuk menghukum para peri masih berdiri."
Rambut di tulang belakang Lyria berdiri saat dia mendengar ancaman dalam suara Arkan. "Baiklah, Emir."
Kemudian Lyria menuruni tangga.
...
Seperti yang dia katakan kepada Arkan, Lyria memakan apa yang diberikan peri kepadanya. Dia melewatkan sarapan tetapi mendapatkan makan siang yang cukup besar. Dan sejujurnya, perut Lyria lebih dari senang untuk diwajibkan makan. Dia cukup melahap makanan yang diberikan kepadanya setelah lebih dari seharian kelaparan. Meskipun dia mencoba memperlambat laju makannya setelah beberapa saat karena mengingat apa yang Nakia katakan padanya sebelumnya untuk makan perlahan setelah kelaparan bila dia tidak ingin sakit perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawnless Saga
FantasyEmpat gadis terperangkap dalam kegelapan mereka masing-masing ketika iblis datang ke dunia. Satu adalah seorang Tuan Putri yang gagal, yang lemah, yang tidak bisa memimpin rakyatnya. Satu adalah seorang Pembunuh Merah dengan kecantikan luar bia...