Ep 14: Akhirnya Terhancurkan

617 145 13
                                    

Naga itu–tidak... Arkan terbang di atas hutan berkabut. Sepertinya dia sangat familier dengan hutan ini. Lyria, di sisi lain, merasa seperti dia bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri karena kabut yang tebal. Cahaya para peri membantu Lyria untuk melihat lebih baik. Meski begitu, Lyria tetap saja mengencangkan cengkeramannya pada tanduk Arkan, takut dia akan jatuh kapan saja apalagi dengan pandangan yang rentan. 

Tidak lama, Arkan mendarat di depan sebuah gua besar. Kabut masih tebal di langit tetapi di bawah kanopi pepohon, kabut itu menipis. 

Lyria kagum melihat pemandangan gua yang begitu besar dan berbentuk lebih seperti terowongan yang terhubung ke bukit. Di depan gua, berdiri sebuah pohon ek tua dengan kolam kecil di bawahnya. Ada peri yang muncul dari kolam itu, tetapi alih-alih sayap, mereka memiliki insang dan kaki mereka membentuk ekor. Di tepi kolam, seekor kijang yang megah sedang meminum air dan seekor kucing hitam duduk di belakang kijang itu. 

Mereka semua berhenti ketika melihat Lyria yang duduk di atas Arkan. Lyria cukup yakin bahwa rahang kijang itu jatuh tak percaya melihat Lyria. Sementara kucing itu memandang Lyria dengan teliti. 

Arkan menundukkan kepalanya agar Lyria dapat menapak turun. Begitu dia menyentuh tanah lagi, kaki Lyria sedikit goyah. Kali ini, para peri membantu Lyria tetap berdiri. 

Melihat peri-peri bersayap memadati Lyria, para peri putri duyung berkumpul di salah satu tepi kolam. Mereka mulai bernyanyi dengan suara terindah yang pernah didengar Lyria, mengundang Lyria untuk datang kepada mereka. 

Lyria hampir mencapai kolam seandainya Lyria tidak ingat bahwa, dia masih diculik. Dan dua, karena kabut tebal, Lyria yakin bahwa dia tidak mungkin dapat menemukan jalan kembali. 

"Anthony," Arkan memanggil seseorang. Kijang itu tersentak, keluar dari tampang bengongnya karena melihat Lyria. 

Tetapi alih-alih menjawab, kijang itu bertanya, "Saya– apakah itu nyata?" 

Suara Sang Kijang seperti manusia, meskipun lebih ringan dari suara Arkan. 

"Dia nyata," kata Lyria. Kata 'itu' membuatnya jengkel. Lyria sudah muak dengan Duke Frelie dan para bangsawan lainnya yang memperlakukannya seperti benda. Dia tidak akan mentolerir seekor kijang untuk memanggilnya 'itu.'

''Ya ampun!" seru kucing itu. Suaranya terdengar ringan dan feminin. "Itu juga berbicara!"

"Tentu saja dia berbicara," kata Lyria, "Dan aku harusnya menjadi orang yang mengajukan pertanyaan itu. Kalian kucing dan kijang, tapi kalian sedang berbicara denganku."

Kucing itu melompat dari punggung kijang dan mulai berlari ke arah Lyria. Tiba-tiba saja kucing itu melompat kembali dan karena refleks, Lyria menangkap Sang Kucing di pelukannya. Kucing itu mendengkur puas di pelukan Lyria. Bahkan meringkuk di dada Lyria. 

"Cecil," suara Arkan terdengar lebih seperti peringatan.

Namun Si Kucin–Cecil, masih bertahan pada posisinya di pelukan Lyria. Beberapa peri tampak kesal dengan kucing yang memanjakan dirinya dalam sentuhan Lyria, bahkan mereka mulai meraih bulunya. Tetapi ketika Cecil tidak bergeming, mereka mulai memadati kucing itu. Lampu para peri berubah menjadi oranye pada saat yang sama. Cecil tiba-tiba menjerit kesakitan dan melompat dari Lyria.

"Ow ow ow! Panas panas!" Dia berlari ke kolam dan menenggelamkan dirinya di air dingin. Saat dia menghela nafas lega, para peri putri duyung menjauhkan diri dari Cecil.

"Kalian benar-benar tidak bisa saling menyentuh?" Lyria mendapati dirinya bertanya. 

"Dan tidak ada manusia yang bisa menyentuh kami juga," kata kijang yang tiba-tiba muncul di dekatnya. "Bolehkah saya?" 

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang