Ep 34: Mengingat Mimpi

502 144 6
                                    

Lyria mendapati dirinya sedang mandi di kolam di depan gua, entah dari bagaimana dan mengapa. Air terasa hangat di kulit Lyria. Pikirannya terasa berkabut.

Untuk menjernihkan pikirannya, Lyria menenggelamkan dirinya ke dalam air. Gelembung-gelembung air tercipta dari mulutnya ketika Lyria mengembuskan napas di bawah air. Kolam itu jernih... dan sangat tenang. Lyria dapat melihat tepi kolam dan sadar bahwa kolam itu dangkal. Dia bisa melihat pohon ek besar di tengah-tengah kolam. Batang pohon itu lebar dan padat sementara akarnya menembus jauh ke dalam bumi.

Lyria bisa melihat beberapa akar meliuk di lantai kolam. Ada lubang di tengah pohon ek tempat karang berkembang, dan tampaknya menjadi tujuan populer ikan-ikan di kolam. Ketika Lyria mulai kehabisan udaranya, Lyria memunculkan diri ke permukaan lagi. Air menetes dari alis dan rambutnya di saat yang sama dia menyadari, dia tidak melihat peri duyung di kolam itu.

Aneh. Aku yakin aku melihat mereka ketika aku tiba di sini...

"Kamu adalah gadis yang sulit untuk dibuat senang, apakah kamu tahu itu?" Sebuah suara yang dalam dari belakang mengejutkan Lyria. Dia tahu suara itu. Dan juga tidak tahu.

Pria itu sedang berlutut satu kaki di tepi kolam. Satu lengan di atas lututnya. Kulit kecokelatan, rambut hitam, dan mata topaz. 

Lyria berkedip. Dia merasakan deja vu. Otaknya mengatakan kepadanya bahwa dia belum pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya. Tetapi sesuatu yang lain di dalam dirinya mengatakan bahwa dia mengenalnya.

Suaranya... Lyria mengingat suaranya. 

Ketika dia mencoba memahami keakraban dan keanehan pria itu, Si Pria mengalihkan pandangannya dan tersipu.

Kenapa?

Baru pada saat itulah Lyria menyadari bahwa dia berdiri di kolam yang jernih. Meskipun air kolam itu setinggi dadanya, air itu tetap saja... jernih. Jadi, payudaranya jelas terlihat. 

Merasa malu, Lyria menutupi buah dadanya.

"Tidak bisakah kamu melihat bahwa seorang wanita sedang mandi?" Lyria langsung bertanya dengan kesal.

Pria itu terbatuk untuk membersihkan tenggorokannya. "Maaf," katanya, "Aku hanya... ingin bicara denganmu, dari seorang manusia ke manusia lain. Dan aku hanya bisa melakukan itu saat kamu berada di kolam."

"Kenapa?" Lyria bertanya, "Dan bagaimana kau bisa ada di sini? Kupikir hanya Arkan yang bisa masuk dan keluar dari hutan."

"Kamu tidak ingat aku, kan?" Pria itu tiba-tiba bertanya dengan nada sedih. Matanya terkulai dan Lyria dapat melihat luka di mata Sang Pria. "Meskipun aku bilang aku akan kembali untukmu..."

Kata-kata itu memukul Lyria dengan keras. Lyria langsung mengingat pria ini. 

Lyria berjalan cepat ke tepi kolam tempat pria itu duduk. Tangan Lyria meraih kerah Si Pria, memaksanya untuk menghadapi Lyria. Saat mata topaz-nya bertemu dengan Lyria, Lyria tahu dia tidaklah salah.

"Kamu dia!" serunya, "P–pria malam itu. Kamulah dia!"

Mata pria itu membelalak, "Kamu ingat?"

Lyria berusaha keras untuk mengingat pria itu lebih jelas, tetapi pikirannya terasa seperti berkabut dan berlumpur ketika dia mencoba menyusuri jalur memori.

"Aku ingat suaramu... Aku tidak yakin. Tapi mengapa aku tidak bisa mengingat wajahmu?" 

Pria itu menatapnya untuk beberapa waktu. Seolah-olah dia tidak akan pernah bisa cukup memandang Lyria. Tatapannya membuat Lyria merinding.

"Itu karena kutukan."

"Kutukan?" Lyria bertanya, "Kutukan yang sama yang dimiliki Arkan dan makhluk-makhluk di gua?"

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang