Ep 16: Bukan Hanya Mimpi

577 157 26
                                    

"Selamat datang kembali, Tuan Arkan," Anthony menyapa Sang Naga, tuannya, yang baru saja bangun dari tidur. Mereka bertiga; Arkan, Cecil, dan Anthony berada di ruang takhta. Tubuh besar Arkan merosot di atas takhta mehag itu. Sementara Cecil dan Anthony berdiri beberapa langkah dari Arkan.

"Hentikan ejekanmu, Anthony," Arkan mendecih tidak suka. 

"Kenapa Anda mengatakan nama Anda Arkan?" tanya Cecil.

"Karena memang benar." 

"Tapi itu bukanlah nama yang orang biasanya gunakan untuk memanggil Anda," kucing itu berkata. 

Arkan menghela nafas berat. "Aku pernah mengunjungi Tollyria sekali di masa lampau," kata Arkan dengan suara letih, "Dia mungkin ingat nama itu." 

"Itu dua belas tahun yang lalu! Kalian berdua masih anak-anak!" kata Anthony tak percaya.

"Yah, tapi aku saja ingat dia," bantah Arkan dengan nada sedikit memelas. 

Giliran Anthony yang menghela nafas. Dia tahu dia tidak bisa menang melawan naga yang keras kepala ini. Arkan hanyalah berusia sepuluh tahun ketika dia mengunjungi Kerajaan Tollyria. Pada hari Arkan kecil melihat Lyria, dia tidak bisa berhenti membicarakan Lyria dengan orang tuanya dan dua walinya yang paling tepercaya, Anthony dan Cecil.

Putri Lyria telah meninggalkan kesan besar pada Arkan kecil selama bertahun-tahun. Kalau saja orang tua Arkan masih hidup. Kalau saja mereka tidak dikhianati dengan cara yang paling kejam. Kalau saja kutukan itu tidak jatuh pada mereka. 

Anthony ingin sekali melihat tuannya bersama Lyria.

Mereka akan membuat pasangan yang sempurna, pikirnya. Dan sang putri tidak akan terlalu menderita. Kalau saja... 

Sangat lucu bahwa kita hanya dapat menjalani satu kehidupan ketika ada triliunan kemungkinan. Lalu mengapa, kehidupan yang mereka alami haruslah kehidupan terkutuk satu ini?

"Bukankah itu hal yang baik?" tanya Anthony, "Jika dia tahu siapa Anda sebenarnya, dia mungkin akan mau bekerja sama dengan kita mematahkan kutukan." 

Arkan mendecakkan lidahnya. Dia mengangkat ekornya dan mengayunkannya dekat pada Anthony. Terkejut, kijang itu menjerit dan kakinya pun tersandung begitu dia mencoba menghindari ekor Arkan. Ketika Anthony jatuh ke tanah, Cecil juga ikut melompat menjauh. Si Kucing mendarat dengan anggun di atas tubuh Anthony.

"Kalian beruntung kalian berdua masih dapat menyentuh tanpa membakar satu sama lain," gumam Arkan, "Aku hanya bisa menyentuhnya dalam mimpi." 

"Yang Mulia!" seru Anthony dengan nada terkejut. Jantungnya masih berlari terlalu cepat untuk tubuhnya yang sudah menua. "Aku terlalu tua untuk kejutan seperti ini!" 

Cecil mengeong dengan manis. Dia terhibur dengan kejadian ini.

"Kau berhak mendapakannya, orang tua," kata Cecil mengejek.

"Kau seumuran denganku, Cecil!" 

Cecil menjilati cakarnya, mengabaikan Si Kijang yang masih mendengus kesal di lantai. 

"Tapi Anthony benar, Yang Mulia," katanya kepada naga itu, "Dia bahkan akan memilihmu daripada Duke Frelie bila dia tahu identitas aslimu. Bagaimanapun, Anda adalah Raja Voltaire yang sah, yang sebenarnya, Emir Arkandia Violle." 

Arkan menegakkan lehernya. Dia menunduk untuk menatap Si Kijang dan Si Kucing. Dulu, mereka adalah gurunya. Anthony biasa mengenakan jubah sarjananya dengan bangga sementara Cecil mengenakan pedangnya ke mana-mana sebagai tanda satu-satunya kesatria wanita di Voltaire. Mereka dipilih oleh Arkan sendiri. 

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang