Sudah beberapa minggu berlalu sejak hari dimana Lyria dan Arkan menumpahkan rahasia mereka. Kini Lyria sedang melakukan perjalanan sore rutinnya di hutan. Tentu saja, dia tidak akan melakukan perjalanan jauh dari gua, dia tidak ingin bertemu naga sungguhan lain yang bisa memakannya seperti naga hijau.
Ya, sebuah rutinitas.
Lyria telah membuat jadwal tersendiri untuk menghabiskan hari-harinya sebagai tawanan–
Bukan. Bukan sebagai tawanan. Tapi sebagai seseorang yang bisa mematahkan kutukan tanpa mengetahui apa yang dapat memecahkan kutukan itu.
Bingung? Pasti.
Frustasi? Tentu saja.
Lyria tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Dan untuk mengurangi perasaan bingung ini, dia membuat rutinitas sendiri.
Di pagi hari, dia akan mandi dan menghabiskan waktu bersama peri. Di siang hari, dia akan makan siang dengan Arkan. Awalnya makan siang mereka agak canggung karena manusia dan naga memakan dua hal yang sangat berbeda. Sementara Lyria makan buah-buahan, Arkan mengunyah rusa.
"Ini bukan Anthony," Arkan pernah meyakinkan Lyria.
"Oh."
Setelah beberapa hari, kecanggungan memudar. Meskipun mereka kebanyakan tetap diam saat mereka makan.
Setelah makan siang, Lyria akan berjalan-jalan di hutan. Dia ingin memetakan hutan di pikirannya sebaik yang dia bisa. Dia pikir itu mungkin berguna di masa depan.
Setelah beberapa jam berjalan, Lyria kemudian akan makan malam dan berbaring untuk tidur lebih awal. Lyria suka tidur cepat, karena terkadang, ketika alam bawah sadar Lyria mengambil alih, pria itu mendatanginya. Dan Lyria akan menghabiskan malam bersama pria itu.
Hari ini Lyria mendudukkan dirinya di atas batu besar yang dia temukan beberapa meter dari gua. Ada seekor rusa merumput agak jauh dari batu besar. Jadi, Lyria memastikan bahwa gerakannya tidak mengejutkan rusa. Lyria kemudian melihat ke atas. Kabut hutan tampak cukup tipis hari ini. Dia bisa melihat garis-garis sinar matahari mengalir di antara awan.
Melihat cahaya yang ditutupi kabut, entah mengapa, Lyria pun mengingat cahaya bulan pada hari mereka terakhir 'berbicara.' Jika mereka bisa menyebutnya 'bicara'.
Tapi setidaknya, hari itu telah membuat ketegangan di antara mereka sedikit mereda. Setidaknya Lyria bisa lebih memahami situasi mereka. Dia hanya berharap Arkan tidak akan menahan rahasia lagi.
Luka Arkan juga cepat sembuh. Itu melegakan bagi Lyria. Seperti aliran air yang sejuk bagi hati nuraninya yang bersalah.
Di tengah-tengah pemikirannya, para peri tiba-tiba bersemangat di dekat Lyria. Mereka semua menatap langit. Lyria mengikuti tatapan mereka dan segera garis-garis kecil sinar matahari hilang dari pandangan Lyria. Kegelapan besar justru membayanginya.
Arkan turun di dekat batu besar tempat Lyria sedang berbaring. Menggunakan sikunya, Lyria duduk menghadap naga itu. Tidak biasa bagi Arkan untuk mencarinya pada jam segini.
"Uhm ...," gumam Arkan. Ini adalah salah satu hal yang berubah untuk Lyria setelah hari mereka 'bicara'. Kadang-kadang, dia akan menemukan Arkan bertindak seperti... anak anjing dan bukannya naga yang menakutkan.
Arkan mencuri pandang dengan Lyria, jelas Arkan ingin menanyakan sesuatu padanya.
"Ada apa?" tanya Lyria.
"Malam ini adalah bulan purnama," kata Arkan. Dia mendekati batu itu dan meletakkan kepalanya di atas batu besar di sebelah Lyria.
"Jadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawnless Saga
FantasyEmpat gadis terperangkap dalam kegelapan mereka masing-masing ketika iblis datang ke dunia. Satu adalah seorang Tuan Putri yang gagal, yang lemah, yang tidak bisa memimpin rakyatnya. Satu adalah seorang Pembunuh Merah dengan kecantikan luar bia...