Ep 46: 'Dia Mencintaiku'

481 127 9
                                    


"Kemana kau membawaku, Arkan?" tanya Lyria. Dia sedang duduk di atas leher Arkan saat naga itu terbang di udara. Malam itu gelap, dan angin membelai pipi Lyria dengan lembut. Dia mencoba menangkap awan dengan tangannya, tetapi jari-jarinya hanya merasakan dingin.


Arkan pikir gerakan Lyria menggemaskan, dan dia ingin menggoda Lyria. Arkan tiba-tiba menjatuhkan diri mereka di udara. 

Terkejut dengan kejatuhan yang tiba-tiba, Lyria menjerit. Dia memeluk leher Arkan dengan ketakutan.

"Arkan!" Lyria berteriak kesal.

Tawa naga itu bergemuruh di langit malam yang tenang. "Pegang erat-erat," kata Arkan sambil bercanda, "kita akan terbang tinggi ke atas lagi." 

"Tung-" Sebelum Lyria bisa menyelesaikan kalimatnya, Arkan telah meluncur ke awan malam. Mereka sekarang begitu tinggi sehingga Lyria merasa dia bisa menyentuh bulan dan bintang-bintang dengan tangannya sendiri.

"Arkan, ini indah," bisik Lyria. 

"Lihat ke bawah, Putri," kata Arkan. "Pemandangannya jauh lebih menakjubkan." 

Lyria melakukan apa yang Arkan katakan. Begitu matanya mengarah ke pemandangan di bawah, Lyria tersentak. Binar-binar lampu bangunan menatapnya kembali. Cahaya-cahaya di bawah jauh lebih banyak daripada bintang-bintang di atasnya. Lampu-lampu di bawah, bukti keberadaan kehidupan, membuat bumi di bawah tampak seperti langit di atas.

"Apakah itu ... Voltaire?" 

Pemandangan di bawah membentang bermil-mil jauhnya. Lyria bisa melihat sebuah bangunan tinggi di tengah, yang ia identifikasi sebagai kastil kerajaan Voltaire. Bahkan kastil itu tampak sangat kecil dari atas.

"Yup." 

Mata Lyria mengamati permadani cahaya di bawahnya. Dia ingin memetakan pandangan itu di  pikirannya.

"Negaramu sangat indah." 

Untuk sementara, Arkan melayang di atas Voltaire. Dia tahu gadis yang menungganginya mengagumi pemandangan itu. Dan itu membuatnya bangga bahwa Lyria melihat keindahan  negaranya.

Arkan mengelilingi Voltaire dua atau tiga kali. Sampai binar lampu di bawah berkurang karena lebih banyak orang pergi tidur. Arkan selalu senang dengan langit malam yang selalu menyembunyikan tubuhnya setiap kali dia mengunjungi negaranya. Sebelumnya, dia hanya bisa melihat tempat yang dulu adalah rumahnya dan rakyatnya dalam diam. Dia harus menonton mereka sendirian. Namun sekarang, dia jauh dari kesendirian. 

"Arkan, menurutmu...," suara Lyria menipis. Lyria tidak yakin dengan kata-kata berikutnya dan itu membuat Arkan gelisah. Arkan sepertinya tahu apa yang akan ditanyakan gadis itu. 

"Ada apa?" Namun demikian, Arkan tetap bertanya padanya. 

"...Aku akan senang jika aku bisa bertemu rakyatku meski sebentar saja. Dan pamanku." 

Senyum Arkan memudar. Ingatan tentang apa yang telah dia lakukan malam sebelumnya kembali ke pikirannya dengan jelas. Tubuh Arkan menjadi kaku, tetapi Lyria tidak akan tahu, karena mereka sedang terbang di udara. Arkan merasakan asam menaiki tenggorokkannya. Namun yang keluar dari mulutnya adalah kebohongan madu. 

"Kamu bisa dilihat oleh kesatria Duke Frelie," kata Arkan, "Dan aku tidak bisa membawamu ke dekat Voltaire. Orang-orang akan mengenali aku." 

Kata-kata itu keluar dengan lancar. Arkan berusaha keras untuk membuat nadanya tenang meskipun tenggorokannya terasa menyempit. Dia telah mempraktikkan kata-kata itu sebelumnya. Dia telah melakukan simulasi di kepalanya mempersiapkan pertanyaan dari Lyria. Semua jawaban mengarah pada kebohongan putih. 

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang