Lyria mengalihkan pandangannya, takut bila semakin lama dia menatap Arkan, Arkan akan sadar bahwa kata-kata Arkan telah menyulut api dalam diri Lyria.
Meskipun badai muncul di dalam dadanya, dia menemukan bahwa kata-kata Arkan berdering benar. Karena Lyria sadar, dia menyukai kata-kata Arkan.
'Ada hal-hal yang membuatmu jatuh cinta tanpa alasan apa pun.'
Tanpa alasan apa pun.
"Dan fakta bahwa kamu menemukan apa yang benar-benar kamu sukai dan bukannya hanya mengikuti pola pengasuhan feodal yang mengkotak-kotakkan gender, menambah nilai lebih untukmu," lanjut Arkan.
Entah bagaimana, Lyria bisa merasakan bahwa Arkan tersenyum padanya meskipun wajah Arkan penuh sisik.
Yang paling mengejutkan, Lyria hampir bertanya kepada Arkan pula, 'Apa yang kamu suka lakukan di waktu luangmu?' Dia mendapati dirinya juga penasaran terhadap Arkan.
Idiot.
Lyria berdeham, berusaha menjernihkan pikirannya. "Aku punya jatah dua pertanyaan sekarang."
Lyria mendekati tubuh Arkan untuk mendapatkan akses lebih ke luka di bahu Arkan. Saat Lyria mengoleskan remukan daun pisang dan getah kayu putih, dia bertanya, "Mengapa naga hijau tidak terbakar oleh sentuhanMu?"
"Kutukan itu hanya bekerja untuk manusia. Setiap manusia yang menyentuh kita akan terbakar. Dan karena kita dulunya manusia, kita akan saling membakar juga. Jadi, kami menghindari kontak sentuhan. Sampai... kamu datang."
Lyria menelan ludah. Dia memiliki dua pertanyaan penting yang sangat membutuhkan jawaban.
Setelah menyelesaikan perawatan di bahu Arkan, Lyria berdiri dan tanpa berkata apa-apa, memanjat punggung Arkan. Dia dengan hati-hati menghindari menginjak sayapnya dalam perjalanan ke atas.
"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Arkan. Suara Arkan tiba-tiba terdengar panik.
"Aku butuh lebih banyak akses untuk mengobati luka di punggungmu."
"Lyria... mungkin kamu tidak tahu, tapi... uhm... naga juga memiliki sisik yang sensitif. Sisikku sensitif terhadap gerakan udara, dan sensitif terhadap... gesekan... dan uhm.... "
"Aku tidak mengerti mengapa itu masalah," jawab Lyria dengan santai, "Kamu telah membuatku duduk di punggungmu berkali-kali."
"Kamu mengenakan gaun yang tebal dan berat saat itu," kata Arkan, "Sementara aku bahkan bisa merasakan gesekan kulitmu sekarang."
Arkan mendengus seperti sedang kesusahan. "Berhentilah bergerak begitu banyak!" perintah Arkan. Namun beberapa detik kemudian, Arkan menambahkan, "Tolonglah..."
"Yah, maaf," kata Lyria kesal, "Tapi untuk mengobati lukamu aku harus memanjat. Jadi tahan saja dengan kulit menjijikkanku di atas sisikmu untuk sementara waktu."
"Aku tidak bermaksud seperti itu!" seru Arkan cepat. Terlalu cepat.
Panas segera naik ke pipi Lyria saat sadar apa yang sebenarnya membuat Arkan salah tingkah. "Oh...," Lyria hanya dapat bergumam.
Arkan mendengus kesal lagi. "Lakukan saja dengan cepat."
Lyria kembali menggerakkan lengannya untuk mengobati luka Arkan. Namun sekarang dia mengerti apa yang dimaksud Arkan, karena tiba-tiba kulit Lyria menjadi... sensitif juga. Rasanya seperti panas pada sisik yang dia duduki telah meningkat. Dan Lyria menjadi lebih sadar setiap kali punggung Arkan naik dan jatuh saat Arkan bernapas.
"Terima kasih," Lyria berbisik, "Aku tersanjung. Tidak pernah ada laki-laki yang memikirkanku seperti itu."
"Berhenti, Lyria." Arkan menggeram. Dan Lyria merasakan getaran pada tubuh bagian bawahnya yang menduduki sisik Arkan. "Kecuali jika kamu ingin meladeni kemaluan seekor naga besar sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawnless Saga
FantasyEmpat gadis terperangkap dalam kegelapan mereka masing-masing ketika iblis datang ke dunia. Satu adalah seorang Tuan Putri yang gagal, yang lemah, yang tidak bisa memimpin rakyatnya. Satu adalah seorang Pembunuh Merah dengan kecantikan luar bia...