Suasana hati Raon semakin memburuk setiap hari. Dia menyesal dia tidak hadir di pernikahan Lyria. Jika iya... dia mungkin bisa menghentikan naga itu dari menculik Lyria. Jika dia menghadiri pernikahan itu... dia mungkin dapat langsung membunuh Duke Frelie di tempat.
Kedua kemungkinan itu terdengar jauh lebih baik daripada menunggu dalam ketidakpastian. Apalagi setelah Festival Pernikahan Massal digelar. Dia melihat betapa mudahnya berita tentang putri yang diculik itu disingkirkan agar rakyat dapat merayakan tanpa hati nurani yang bersalah.
Baik warga Voltaire dan Tollyria sama saja.
Mereka dengan mudahnya lupa tentang Lyria dan berjemur dalam sukacita. Raon pada akhirnya memberi warga Tollyria hari libur dari pencarian Tuan Putri mereka untuk menghadiri Festival Pernikahan Massal itu. Tapi ia justru semakin marah semakin hari semakin matang.
Begitu marah sehingga dia memutuskan untuk berdiri di samping Marquis yang memberkati para calon pengantin. Setiap kali para pasangan menatap Raon, dia akan menjadi pengingat mereka bahwa Putri mereka masih diculik. Bahwa hari yang mereka habiskan untuk tertawa dan menari adalah hari lain putri mereka sendirian dan menderita.
Setelah semua yang Tuan Putri telah lakukan... inikah cara kita membalasnya?
Raon merasa dadanya terjepit sampai berdarah. Dia ingat pertama kali dia bertemu dengan Lyria. Saat itu Raon baru saja dianugerahi gelar kesatria. Putri-putri Tollyria sangat berbeda dari putri kebanyakan. Untuk satu, mereka tidak pernah mengambil kesatria pribadi. Jadi ketika Raon dengan berani meminta para putri muda itu untuk salah satu menerimanya sebagai kesatria pribadi, dia siap untuk ditolak. Dan mereka memang menolak tawarannya... kecuali Lyria. Dia tidak tahu apa yang Lyria lihat dalam dirinya saat itu, mengingat Lyria sudah adalah seorang Elementalist sehingga Lyria mampu melindungi dirinya sendiri. Tapi Lyria menerimanya. Dan sejak hari itu, Raon bersumpah bahwa tidak ada yang akan menyakiti Lyria.
Untuk keseribu kalinya, Raon berjalan ke kantor Marquis dan mengetuk pintu. Marquis Bollein bahkan tidak perlu bertanya siapa yang mengetuk. "Masuklah," kata Marquis dari balik pintu.
Ketika Raon masuk, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengucapkan pertanyaan yang telah ia tanyakan jutaan kali, "Ada berita?"
Dan untuk jutaan kali juga, Marquis memandang Raon dengan wajah penuh penyesalan dan kelelahan.
Tidak ada berita.
Raon mengepalkan tinjunya. Kalau saja dia tidak berada di kantor Marquis, dia mungkin sudah akan merusak satu atau dua hal. Tapi dia berada di kantor itu. Dan dia ingin menghormati paman Lyria.
"Aku tahu, Raon," kata Marquis dengan simpatik. "Aku juga khawatir padanya-"
"Oh ya?" Raon meninggikan suaranya. Bola hitamnya penuh amarah.
Gelar Marquis seharusnya memegang kekuasaan. Mungkin tidak sebesar duke atau keluarga kerajaan. Tapi tentunya, Marquis seharusnya memiliki kekuatan bersama dengan gelarnya.
Jadi mengapa Marquis ini begitu... tak berdaya? Dia bahkan tidak bisa melindungi keponakannya sendiri dari cengkeraman Duke Frelie.
Marquis tidak sanggup menatap lurus ke arah Raon. Seolah-olah dia bisa mendengar tuduhan yang bermain di benak Raon.
"Maaf, Marquis," Raon segera bergumam. "Aku hanya... Apakah Duke Frelie bahkan melakukan sesuatu tentang ini?"
"Dia bilang dia sudah mengirim personel untuk mencari Lyria. Tetapi setiap kali aku meminta untuk berbicara dengan Duke, dia akan menolak," kata Marquis Bollein, "Aku juga telah mengirim orang untuk mencari Lyria ke arah barat. Sejauh ini... tidak ada berita apapun. Seakan naga itu menghilang begitu saja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawnless Saga
FantasíaEmpat gadis terperangkap dalam kegelapan mereka masing-masing ketika iblis datang ke dunia. Satu adalah seorang Tuan Putri yang gagal, yang lemah, yang tidak bisa memimpin rakyatnya. Satu adalah seorang Pembunuh Merah dengan kecantikan luar bia...