"Apakah nama aslimu Arkan atau Emir?" tanya Lyria.
"Keduanya adalah namaku."
Lyria tampak tidak puas tetapi dia telah mengatakan masing-masing akan bergiliran bertanya terhadap satu sama lain. Sekarang giliran Arkan. Sementara Lyria fokus mencuci luka di leher Arkan dengan menggunakan robekan gaun yang ia telah celup ke dalam air kolam.
"Siapa nama belakangmu pilihanmu?" tanya Arkan.
Dari semua pertanyaan, dia menanyakan itu?
"Aku mendengar setiap generasi bangsawan di Tollyria memilih nama belakang mereka sendiri. Kalian percaya bahwa nama memiliki kekuatan. Dan dengan memilih nama belakang sendiri, kalian membuat tanda kalian di dunia."
Lyria jelas tercengang mendengar mengenai tradisi Tollyria keluar dari mulut Arkan. Bagaimana dia tahu itu?
"Atau apakah kamu tidak pernah memilih namamu sendiri dengan saudari-saudari perempuanmu?" suara Arkan terdengar lebih hati-hati. Seakan Arkan takut menyakiti perasaan Lyria dengan mengingatkannya pada saudari perempuannya.
"Kami telah memilih nama kami." Lyria mulai menggosok luka di leher Arkan dengan lembut. "Dawnless. Nama yang telah kupilih sendiri adalah Lyria Dawnless."
"Kenapa Dawnless?"
Alih-alih menjawab pertanyaannya, Lyria mengajukan pertanyaan lain, "Bagaimana kamu bisa berbeda dari naga hijau?"
"Yah, salah satu dari kami adalah naga sungguhan. Yang lainnya adalah manusia yang telah dikutuk untuk menjadi naga."
Lyria tidak perlu bertanya yang mana. Sejak awal, Arkan telah menyebutkan bahwa dia dikutuk. Cecil juga menyebutkan hal serupa. Tapi dia hanya harus memastikan bahwa ada perbedaan antara Arkan dan naga hijau itu. Ia harus bertanya, sebagian besar karena Lyria akan merasa lebih aman mengetahui mereka berbeda. Naga hijau, bagaimanapun, cukup buas dan tidak ragu-ragu untuk membakar Lyria–meski pada akhirnya Lyria tidak terbakar.
Kain yang digunakan Lyria kini sudah berwarna merah, terendam oleh darah Arkan. Tetapi karena lukanya telah dibersihkan, Lyria meletakkan kain itu kemudian melanjutkan untuk menyiapkan jarum dan benang. Dia berpikir bahwa karena kulit Arkan bersisik dan tebal, dia harus menggandakan benang yang dipakai. Dalam waktu singkat, Lyria mengikat benang dengan jarum bersama-sama.
Ketika Lyria hendak menjahit kulit Arkan, Arkan bertanya, "Apakah kamu pernah melakukan ini sebelumnya?"
"Tidak. Tapi aku telah melihat kakakku, dan peri melakukannya padaku. Dan aku cukup pandai menyulam."
"Apakah kamu yakin dapat melakukannya sendiri?"
"Siapa lagi orang di gua ini yang bisa menyentuh dan menjahitmu?"
Jawabannya adalah tidak ada orang lain.
"Baiklah." Arkan memposisikan dirinya lagi di lantai batu.
"Jangan khawatir," kata Lyria, "Aku tidak akan dengan sengaja membuat pekerjaan yang buruk." Senyuman jahil melebar di wajah kecilnya.
Arkan menggerutu kecil sebagai tanggapan. Meskipun jauh di lubuk hati Arkan tahu dia akan mengambil risiko memiliki bekas jahitan yang buruk, Arkan sebenarnya cukup senang memiliki kesempatan untuk melihat Lyria tersenyum karena dirinya. "Sekarang giliran aku."
"Tidak, giliranku," kata Lyria mantap. "Kamu sudah mengajukan dua pertanyaan dan aku hanya bertanya sekali. Aku masih memiliki sisa satu pertanyaan."
"Kapan?"
"Ah," Lyria menunjuk Arkan, "Tiga pertanyaan. Dua pertanyaan untukku"
Lyria kemudian memasukkan jarum di kulit Arkan pada satu sisi luka kemudian dia membiarkan jarum muncul dari sisi lain. "Apakah sakit?" tanyaanya pada Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawnless Saga
FantasyEmpat gadis terperangkap dalam kegelapan mereka masing-masing ketika iblis datang ke dunia. Satu adalah seorang Tuan Putri yang gagal, yang lemah, yang tidak bisa memimpin rakyatnya. Satu adalah seorang Pembunuh Merah dengan kecantikan luar bia...