Ep 35: Cinta, Kesepian, dan Kewajiban

507 137 4
                                    

Suara air menetes memenuhi ruangan. Arkan naik perlahan dari kolam di kamarnya. Tubuhnya masih lemah karena luka-luka yang berat. Namun hatinya sudah ringan seperti bulu. Naga itu mengguncang tubuhnya sedikit untuk menyingkirkan sisa-sisa air dari tubuhnya. 

"Kamu sangat menyukainya, huh?" tanya Cecil. Kucing itu bertengger di atas batu besar hanya beberapa meter dari kolam.

"Anda bahkan mengambil risiko menggunakan sihir mimpi dalam keadaan lemah seperti ini." 

"Risiko itu sepadan."

"Mantra itu berdampak pada Anda, Yang Mulia Emir," Anthony menimpali percakapan, "Terutama tubuh Anda sedang tidak dalam keadaan prima Anda."

"Hati-hati, Yang Mulia Emir," Cecil memperingatkan. Nada suaranya membuat mata biru Arkan menoleh langsung ke kucing itu. 

Emir ingin mengatakan bahwa kucing itu terlalu khawatir. Tapi Cecil sudah lebih dulu berkata, "Anda telah diisolasi tanpa satupun sentuhan manusia selama bertahun-tahun. Sekarang Anda bertindak seperti Anda rela memberikan hidup Anda kepada wanita pertama yang bisa menyentuh Anda." 

"Bukan seperti itu!" Arkan menyanggah, "Dengan Lyria ...hal di antara kita itu nyata!" Dia tidak bisa menahan diri dari mengangkat suaranya.

"Apakah hal itu?" Cecil menantang. 

Anthony, yang menjadi bingung dengan alur percakapan, membisikkan peringatan kepada Sang Kucing, yang Cecil kemudian terang-terangan abaikan. "Ingat, Emir," kata Cecil lagi, sengaja tidak menyebutkana gelar tuannya, "Kami membutuhkannya untuk jatuh cinta padamu. Tapi itu tidak berarti kamu harus jatuh cinta padanya juga."

"Tapi aku telah jatuh cinta padanya!" adalah apa yang ingin dikatakan Arkan.

Namun pada detik terakhir, sebelum lidahnya membentuk kata-kata, pikirannya mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah dia sedang jatuh cinta? Jika demikian, kapan dan apa yang membuatnya jatuh cinta? 

Yaa, tentunya, ada daya tarik di antara mereka. Saat Arkan tahu Lyria bisa menahan sentuhannya... Arkan langsung berpikir dia harus memiliki Lyria. Dan ketika Arkan mengetahui bahwa Lyria akan menikah dengan Duke Frelie– tanpa pikir panjang Arkan memutuskan bahwa dia akan melakukan apa saja untuk mengeluarkan Lyria dari pernikahan itu. 

Arkan menginginkan Lyria.

Apa perasaan itu jika bukan cinta?

"Orang yang kesepian seringkali menganggap dirinya jatuh cinta kepada orang pertama yang menaruh perhatian kepadanya," lanjut Cecil. Mata kucingnya bersinar dalam kegelapan. "Ada garis yang sangat tipis antara cinta dan ilusi."

Kata-katanya ... tidak mungkin benar, kan?

"Apakah kamu mengatakan bahwa perasaan yang aku miliki untuk Lyria... tidak nyata?" tanya Arkan dengan suara rendah. Ada nada seperti telah dihina yang jelas dalam suaranya. 

Cecil terus berkata, "Jika Anda masih dalam bentuk manusia Anda, Anda akan menjadi raja dan memiliki puluhan wanita melemparkan diri pada Anda. Anda akan memiliki kesempatan untuk memilih yang terbaik di antara mereka. Seseorang yang lebih kuat dalam politik, mungkin. Atau seseorang yang bisa menahan pijakannya sendiri dan tidak akan mudah dipermainkan oleh Duke Frelie." Cecil menjilat cakar kucingnya.

Pada saat yang sama, Anthony memanggil nama Cecil sebagai sebuah peringatan, yang kemudian Cecil abaikan untuk kedua kalinya. 

"Tidak, biarkan dia bicara," kata Arkan.

"Yang Mulia Emir, Anda tidak perlu–" Arkan memotong kata-kata Anthony dengan tatapan dingin. 

"Intinya adalah," lanjut kucing itu selambat mungkin. Seolah-olah dia tidak ingin Arkan melewatkan sepatah kata pun darinya. "Jika Anda tidak dikutuk... apakah kamu masih akan memilih Tuan Putri Tollyria ini?"

Arkan menyipitkan matanya pada Cecil. Dia masih belum bisa mengerti apa gunanya Cecil mengangkat topik ini

"Kau menyiratkan bagaimana Lyria adalah orang yang lemah," kata Arkan perlahan, seolah-olah dia tidak yakin. 

"Bukankah dia gadis yang dalam kesulitan?" Cecil tertawa mengejek. "Bukankah itu sebabnya kamu tertarik padanya juga? Kamu bisa menjadi pahlawan untuk gadis ini dengan menolongnya?" 

"Apa?" tanya Arkan tajam. "Cecil, apakah kamu baru saja minum dari gudang anggur lagi? Sudah kubilang untuk menjauh dari sana. Kami membutuhkan itu untuk upacara bulanan."

Kucing itu menggelengkan kepalanya, "Aku benar-benar sadar."

Giliran Arkan yang mengejek. "Kalau kamu sadar penuh, kamu tidak akan mengatakan hal-hal seperti itu." 

"Ayolah, Nak. Setidaknya jujurlah padaku. Kamu pasti berpikir bahwa kamu akan menjadi orang yang menyelamatkannya dan menyapu kakinya dari semua masalahnya." 

Cecil melompat dari batu besar dan melangkah lebih dekat ke Arkan. Sedekat yang dia berani melangkah meskipun setiap langkah membawa panas ke kulit Cecil. "Setiap orang ingin menjadi pahlawan bagi wanitanya. Tidak apa-apa." 

Ketika Arkan fokus pada kucing itu lagi, dia akhirnya mengerti apa yang sebenarnya ingin Cecil katakan di bawah semua lapisan penghinaan halus itu. "Apakah kamu mengatakan bahwa jika kita semua tidak dikutuk, kamu akan keberatan aku bersama Lyria?" 

Mata kucing itu berbinar di dalam gua yang gelap. Ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi senyap, hanya oleh nafas dua makhluk yang saling memandang satu sama lain yang terdengar. Salah satunya adalah sang guru yang telah dikutuk menjadi kucing dan yang lain adalah seorang murid dari keluarga raja yang dikutuk menjadi naga. 

"Maksudku, Yang Mulia," kata Cecil masih dengan nada rendah, "bagaimanapun Lyria akan menjadi pasangan yang buruk untuk Anda. Salah satu saudari tirinya bahkan dapat menjadi pasangan yang lebih sepadan untuk Anda. Mengingat Anda memiliki Duke Frelie yang mengawasi setiap gerakan Anda. Mungkin sekarang kita membutuhkan Putri Lyria. Tapi setelah kutukan ini selesai, Voltaire membutuhkan ratu yang kuat."

Sebelum Arkan bisa membentuk jawaban, Cecil mengucapkan kata-kata terakhir yang membuat Arkan tidak mungkin membalas, "Ingatlah itu, Yang Mulia. Ini adalah tugasmu sebagai Raja bagi rakyatmu." 

Dengan itu, Cecil berlari keluar dari kamar Arkan dan menuruni tangga. Arkan tiba-tiba menemukan butuh lebih banyak tenaga untuk bernapas seperti biasanya. Dia mengalihkan pandangannya ke Anthony, "Apakah kamu berpikir sama juga?" geramnya.

Berbeda dengan Cecil yang berani mendekati Arkan, Anthony hanya menatapnya dengan tatapan serius. Kijang itu menundukkan lehernya sedikit ke Arkan, "Saya yakin Anda akan membuat pilihan yang tepat, Yang Mulia." 

Kemudian Anthony juga menghilang dari kamar Arkan, meninggalkan Arkan kembali sendirian. Dia seharusnya sudah terbiasa dengan perasaan kesenderian. Namun setiap kali dia merasakannya, sepotong hatinya retak dan hancur. 

Dia harus menumpulkan diri terhadap perasaan itu. Tapi dia tidak bisa. 

Dan dia tidak mau.





–Bersambung–

Jangan lupa sahur bagi yang sahur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa sahur bagi yang sahur

Bagi yang tidak sahur, bobo gess...

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang