Ep 6: Sang Pembunuh Merah

308 86 4
                                    

Trey hampir menerobos masuk ke dalam kamar pemilik penginapan dengan telanjang jika Ryan tidak menghentikannya.

"Apa yang merasuki dirimu?" tanya Ryan.

Trey terlihat sangat gelisah. Suatu hal yang tidak biasa ditunjukkan oleh Trey. Dia adalah manusia serigala, ya. Namun dia selalu menjadi manusia serigala yang dingin dan penuh perhitungan. Bukan jenis manusia serigala yang akan mengejar seorang gadis telanjang di tengah malam buta.

"Siapa gadis itu?" Trey mengenakan tuniknya dengan cepat dan dia menutup ritsleting celananya saat dia berjalan menyusuri lorong. Alpha itu menggunakan indra penciumannya untuk menemukan kamar pemilik penginapan di lantai bawah. 

Trey menggedor pintu beberapa kali. Tidak ada jawaban. 

Dia membentur papan kayu malang itu lagi. Kali ini lebih keras.

"Berisik!!" teriak pemilika itu dengan kesal. 

Itu bukan jawaban yang dicari Trey. Namun, dalam pikirannya yang gelisah, dia melakukan sesuatu yang membuat Beta dan Omega-nya menjatuhkan rahang mereka. Dia menendang pintu sampai terlepas dari engselnya. Kayu itu praktis terbang ke sisi lain ruangan.

"Dasar berengsek–" sang pemilik itu menghentikan kata-katanya saat dia menatap Trey. Pria botak itu telanjang, dengan seorang gadis berbaring di atasnya. Begitu gadis itu melihat Trey, dia menjadi kaku.

Ryan memiringkan kepalanya melihat pemandangan di depannya. Sang pemilik penginapan tentu saja tidak senang dengan pergantian acara ini. Di ruangan yang gelap benderang, mata abu-abu Trey yang biasa bersinar seperti perak. Sama seperti sinar bulan di malam tergelap.

"Jawab aku," perintah Trey, "Siapa gadis yang tinggal di kamar pertama di lantai pertama?" 

Seolah terhipnotis, mulut pemilik ruangan itu bergerak sendiri. "Ga ada cewe di penginapan ini." 

"Apa maksudmu dengan itu?" Trey bertanya lagi.

"Ruangan itu kosong. Tidak untuk disewa." 

"Tidak," tegas Trey. "Ada seorang gadis. Rambut merah dengan mata zamrud. Sa– sangat indah. Keindahan seperti itu pasti menjadi pembicaraan di kota." 

Ketika pria itu hanya memandang Trey dengan bingung, Trey menuntut dengan nada yang lebih kuat, "Beri aku nama! Siapapun!"

"Uhh ... Pembunuh Merah!" teriak pria itu. "Ya– yang kamu gambarkan cocok dengan Pembunuh Merah." 

Jadi, dia benar-benar seorang pembunuh, Trey merenung pada dirinya sendiri. Apakah dia benar-benar dikirim oleh ayahku?

"Astaganaga!" pria itu baru menyadari sesuatu, "Apakah seseorang dibunuh lagi di penginapanku?"

"Lagi?" Trey bertanya, "Kamu bilang penginapan ini adalah yang paling aman di kota."

"Ya, ya, tentu saja," pria itu menjawab, "Di Kota Mayat, hanya memiliki empat kematian tahun ini adalah prestasi tersendiri!" 

Trey melebarkan matanya. Dia kaget mendengar itu. Seberapa keji kota ini sebenarnya bagi pemilik penginapan untuk merasa bahwa itu adalah kesuksesan dengan hanya memiliki empat kematian dalam setahun? Dia telah mendengar kisah-kisah tentang kota laknat ini, tetapi melihat dan mengalaminya secara nyata adalah hal yang berbeda. 

Alih-alih merasa malu, pemilik penginapan membuat wajah kesal. Pria itu tidak peduli apakah seseorang sudah mati atau belum. Dia hanya peduli dengan reputasi penginapannya sebagai penginapan teraman di kota.

"Tidak," kata Trey lagi, "Tidak ada yang mati." 

Pria botak itu menghela nafas lega. Kemudian dia memiringkan kepalanya ke samping seolah-olah dia sedang berpikir.

The Dawnless SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang