Hari berganti dengan cepat, tidak terasa jika Aldian sudah berdamai dengan keadaan. Saat ini ia duduk di ruang tamu, namun ada yang beda. Yaitu Axel. Biasa nya Axel selalu duduk di ruang tamu jika siang begini, namun sekarang ia pergi entah kemana.
"Wush wush wush"
Aldian menoleh ke belakang nya dapat ia lihat jika Rio yang sedang melajukan kapal kertas nya di udara. Sejenak ia berpikir sejak kapan kapal bisa mengudara. Namun balik lagi ke peraturan awal 'nama nya juga anak-anak'.
"Rio, di mana bang Axel?" tanya Aldian mendekati Rio lalu membawa nya ke gendongan nya.
Rio menggeleng tanda tak tahu ia tetap melajukan sampan kertas nya bahkan ia menjalankan di wajah Aldian. Aldian langsung menurunkan Rio dan duduk kembali di sofa.
"Ini nih definisi, percuma harta banyak kalau gak ada kasih sayang nya" ucap Aldian asal lalu membuka ponsel nya.
Suara langkah kaki membuat Aldian berhenti memainkan ponsel nya lalu duduk melihat siapa yang memasuki Mansion mereka.
"Tumben kutub es pulang" ucap Aldian melihat Arav yang baru saja sampai di ruang tamu.
"Bukan urusan mu" jawab Arav seadanya. Ia menyandarkan kepala nya ke kepala kursi lalu memicingkan mata nya.
Aldian melihat itu hanya acuh ia kembali memainkan ponsel nya.
"Daddy mana?" tanya Arav kepada Aldian yang fokus kepada ponsel nya.
Aldian yang sibuk dengan ponsel nya hanya menghendikkan bahu acuh, ia sedang bermain game sehingga tidak begitu memperdulikan pertanyaan Arav.
"Kalau berbicara dengan orang yang lebih tua harus di dengarkan dan di tatap, bukan malah sibuk dengan hal lain" jelas Arav dengan keadaan seperti semula menengadahkan kepala nya ke atas dengan mata tertutup.
"Kau di sekolah kan agar mempunyai sopan santun. Tapi seperti nya itu tidak kau terapkan" Arav membuka mata nya lalu memandang kembali Aldian yang sudah mematikan ponsel nya, "Apa aku harus menyekolah kan mu di luar negri? Seperti nya di sini kau tidak ada perubahan," jelas Arav kembali.
Aldian berdecak malas ia mematikan ponsel nya lalu menaruh ke meja. Jika bersama Arav memang banyak sekali peraturan berbeda dengan Axel yang bodo amat. Saat ia ingin menjawab Arav langsung memotong perkataannya.
"Oh ya, aku lupa jika perubahan itu berasal dari diri sendiri dan kehendak diri sendiri, bukan karna sekolah nya yang tidak be-cus tetapi kau lah yang tidak perduli." sslanjut Arav dan berlalu dari ruang tamu menuju lift.
Aldian mengelus dada nya sabar dan lanjut bermain game, seperti nya nasehat tadi masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
****
Saat ini Velyne sangat bosan, ingin rasa nya keluar dari Mansion megah milik Joe, namun itu adalah hal yang mustahil. Velyne keluar dari kamar lalu turun ke bawah menuju dapur. Dapat ia lihat para maid yang sibuk memasak. Ia pun mendekat ke arah para Maid tersebut.
"Maaf Mrs. Velyne, Mr. Joe berpesan pada saya jika anda di larang memasuki dapur" ucap ketua Maid tersebut dengan sedikit menunduk menunjukkan sifat hormat nya.
Dahi Velynen berkerut heran. Kenapa ia tidak bisa memasuki dapur?.
"Kenapa?," tanya Velyne heran padahal ia ingin membantu para maid memasak.
Ketua maid tersebut mendongak menatap wajah ayu Velyne.
"Saya juga tidak tahu alasan Mr. Joe melarang anda memasuki kawasan dapur" jawab ketua Maid tersebut.
Velyne memutar bola mata nya malas, "Ayolah aku hanya memasuki dapur bukan kandang harimau" ucap Velyne jengah, padahal hanya memasuki dapur saja.
Kepala pelayan tersebut yang bernama 'Anne'tersenyum kikuk menanggapi perkataan Velyne.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR' SPECIAL
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 🚫Banyak adegan kekerasan, perkataan kasar, bijaklah dalam membaca. Seorang gadis kelahiran Indonesia terpaksa pergi ke Italia, hendak melihat sahabat nya. Namun, naas gadis itu malah terperangkap dalam dekapan seorang lucif...