30.CARE?

20.8K 1.3K 33
                                    

"DADDY!!"

Hening.

Setelah Rio menyebut Daddy nya, Arav beserta Axel menoleh menuju pintu ruangan pribadi milik Joe. Di sana Joe berada dengan rahang yang mengerat mata tajam yang menghunus.

"DANTE!!"

Joe memanggil pelayan utama di Mansion mereka, Dante yang di panggil pun langsung datang, jika telat ia takut jadi bahan amukan tuan nya.

"Bawa Rio ke kamar!" perintah mutlak Joe. Alterio yang mendengar hal itu pun menggeleng ribut. Padahal ia ingin berlama lama bersama kedua abang nya.

"No!!! Big no Dad!!" tolak nya sembari mempererat pegangannya di leher Arav. Pelayan tersebut jadi canggung di keadaan seperti ini.

"Rio, Daddy tidak suka di bantah!" tekan nya berusaha tidak emosi jika bersama Rio.

Arav yang melihat itu menghela nafas berat lalu melepaskan pegangan Rio di leher nya. Raut kecewa terpatri di wajah Rio.

"Ini sudah malam boy. Saat nya tidur. Okay?" ucap Arav lembut. Sembari mengelus kepala Rio. Rio tentu saja menolak mentah mentah ucapan itu. Namun, Joe langsung mendekat, menarik kasar Rio dari pelukan Arav dan menyerahkan nya kepada Dante.

Tentu semua nya terkejut, pasal nya tidak ada satu pun yang pernah berperilaku atau berbicara kasar kepada Rio. Namun, sekarang Joe lah yang memperlakukan demikian. Dante pun keluar dari ruangan dengan Rio di gendongannya dan diiringi tangisan Alterio.

"Dad!!" peringat Axel yang tidak suka dengan perlakukan Joe barusan.

Joe menaikkan alis nya seakan bertanya 'kenapa?'. Axel berdecak, enggan menanggapi Daddy nya lagi.

Melihat Rio yang sudah pergi dari ruangan milik diri nya. Joe menoleh ke arah komputer yang masih menyala dan...? tunggu! Velyne. Ya, foto Velyne tertera di layar komputer tersebut. Joe memandang ke dua anak nya, Axel yang di pandang demikian sudah pucat pasi berbanding terbalik dengan Arav yang masi memasang ekspresi datar.

"Sudah pernah Daddy peringatkan bukan?" ucap nya memang terkesan pelan tetapi nada Joe yang amat menyeramkan di telinga.

Axel masih duduk di bangku dan Arav yang berdiri, bersandar di dinding menghadap Joe.

"Apa yang sebenarnya kalian ingin kan huh?!" tanya Joe, kemarahan tercetak jelas di wajah nya.

Arav tersenyum miring, pertanyaan itu lah yang ia tunggu kan dari mulut Daddy nya. "Membunuh diri nya? Bagaimana?" jawab Arav terkesan santai. Axel yang berada di sana sudah ketar ketir melihat Joe menggeram.

"Fuck!. Kalian terlalu jauh mencampuri urusan Daddy!!" umpat nya, mencoba menahan amarah.

Arav bersidekap dada memandang Daddy nya dengan tatapan remeh "Bahkan orang yang tidak punya hati bisa bodoh karna obsesi!" tekan Arav.

Tanpa ba bi bu Joe melemparkan pisau kecil nya tepat di lengan Arav. Seketika darah di lengan Arav menetes ke lantai yang berwarna putih bersih.

"DADDY!!" teriak Axel dan ingin menahan pendarahan Arav, tetapi Arav menggelengkan kepala nya.

"Not bad" gumam Arav yang masih di dengar oleh kedua pria tersebut.

Joe menggertakkan gigi nya, kala Arav mengatakan bahwa diri nya ter obsesi ke pada seorang wanita kelahiran Indonesia itu.

"Ini bukan obsesi!" kilah Joe menolak mentah mentah pernyataan yang di lontar kan oleh Arav.

Arav tersenyum smirk lalu maju mendekati Daddy nya, sebelah alis nya terangkat.

YOUR' SPECIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang