Joe mendekat pada Axel yang berdiri di atas rooftop. Jarak mereka sangat dekat hingga mereka bersampingan.
"Daddy ada alasan untuk pergi ke Amerika Axel" ucap Joe memulai pembicaraan.
Axel tak bergeming, ia tetap memandang ke depan dengan tangan memegang pembatas rooftop.
"Daddy harap, kau mengerti" lanjut Joe.
Alis Axel naik sebelah, lalu ia bersidekap dada memandang Joe dengan kekehan remeh nya "Tidak jauh dari Karta kerja 'kan?" ucap Axel membuat Joe langsung menoleh pada anak pertama nya itu.
Joe menggeleng singkat "Tentang Arav." ucap Joe.
"Kenapa dengan Arav?!" ucap Axel dengan nada sedikit tinggi.
Joe menghela nafas lelah, ia memandang fokus ke depan "Arav terkena penyakit katup jantung. Jadi dia harus menjalan kan operasi...," Joe menggantung ucapan nya lalu menatap serius Axel, "Jika terlambat, mungkin hidup Arav tak lama lagi, oleh sebab itu Daddy mencari pendonor jantung ke Amerika Axel" jelas Joe membuat Axel membeku.
Anak pertama nya itu menggeleng gelengkan kepala, seperti tak menyangka "Omong kosong!" bantah Axel bernada datar.
"Ini tentang kesehatan Arav, tidak mungkin Daddy mengada-ngada akan hal itu" ucap Joe, lalu ia beranjak dari rooftop.
"Aku ikut."
Spontan Joe berhenti dan menoleh lalu menggeleng "Jaga Mommy dan adik mu di sini" ucap Joe.
Tentu Axel tak terima, ia semakin mendekati Daddy nya yang sudah di dekat pintu "Aku ikut Dad!" tekan nya lagi.
"Tidak Axel! Kau sebagai anak tertua harus lebih cerdik, Daddy yakin, kau bisa menghandle semua nya di sini. Selama Daddy tidak ada" ucap Joe lalu pergi dari rooftop.
***
Semenjak di beri tahu oleh Joe semalam, Axel tak bergerak satu detik pun dari ruangan Arav. Ia menatap wajah damai tidur sang adik. Ia kira adik nya ini tidak bisa sakit dan laki laki yang begitu tangguh. Namun, diri nya salah, ternyata adik nya begitu misterius hingga ia tak mengetahui tentang penyakit dan kesehatan Arav.
"Axel?"
Axel menoleh dan tersenyum hangat melihat sang Mommy. Velyne mendekat lalu mengelus bahu Axel dengan lembut.
"Daddy sudah pergi Momm?" tanya Axel.
Velyne mengangguk singkat, ia duduk di samping Axel.
"Dimana Alterio?" tanya Axel lagi.
"Sama Aldian, mereka duduk di taman" jawab Velyne. Ia tersenyum pedih melihat keadaan Arav yang terbaring lemah di brankar itu.
"Ekhem" Axel berdehem kala melihat pergerakan dari Arav. Arav mengerjab ngerjab kan mata nya beberapa kali. Lalu duduk dan di bantu oleh Axel tentu nya.
"Momm, kapan diri ku pulang? Di rumah sakit jelek ini sungguh tidak enak" tanya Arav sembari mengejek rumah sakit tersebut. Ia sudah muak menginap di rumah sakit.
Velyne tersenyum "Sebentar lagi Arav, kau harus sembuh dulu" jawab Velyne.
Tampak Arav menghela nafas lelah "Aku sudah sembuh Momm. Jika Mommy menyuruh ku menonjok Axel, aku pasti sanggup" ucap Arav dengan bercanda.
Velyne menggeleng geleng kan kepala mendengar ucapan Arav. Sedangkan Axel mendengus, padahal diri nya hanya diam.
Mata Axel tak sengaja melihat bubur yang masi utuh, ia mengambil bubur itu lalu menyodorkan sendok dengan isi bubur itu ke dalam mulut Arav. Tentu dahi Arav mengkerut heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR' SPECIAL
Ação[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 🚫Banyak adegan kekerasan, perkataan kasar, bijaklah dalam membaca. Seorang gadis kelahiran Indonesia terpaksa pergi ke Italia, hendak melihat sahabat nya. Namun, naas gadis itu malah terperangkap dalam dekapan seorang lucif...