Malam ini begitu dingin, bahkan dingin nya sampai menggigit tubuh orang orang yang berada di daerah tersebut. Saat ini Axel dan Arav melajukan kecepatan mobil nya menuju rumah lama mereka atau tempat Joe 'mengurung' seorang wanita.
"Kau yakin Daddy ke tempat itu lagi?" tanya Arav. Ia sekarang fokus melihat jalanan sedangkan Axel melihat ponsel nya mengamati titik merah yang berhenti di perumahan.
Axel mengangguk walaupun pandangan nya tetap ke ponsel, "Wait-wait, kenapa titik nya hilang?" tanya Axel kebingungan.
"Coba perhatikan baik baik" jelas Arav sambil sesekali melirik Axel di samping nya.
Axel meninju apa saja yang ada di dekat nya "Sialan sepertinya Daddy sudah tau kalau aku menaruh alat pelacak di mobil nya" ucap nya dengan kesal sambil mengusap kasar wajah nya.
Arav menghela nafas berat ia menambah kecepatan mobil tersebut Axel saja hampir melambung jika tidak memakai sabuk pengaman.
"Ck!, Hei ingatlah aku hanya mempunyai satu nyawa" kesal Axel namun Arav tidak menghiraukan nya, ia terus melajukan mobil nya dan beberapa menit kemudian mereka sampai ke tempat tujuan mereka.
Arav turun dari mobil di ikuti oleh Axel mereka berdiri di depan bangunan tersebut, Arav berkacak pinggang meneliti setiap sudut rumah tersebut. Bayangan saat mereka menjadi keluarga yang amat bahagia tercetak jelas di ingatan nya. Arav melihat di taman ada ayunan yang terbengkalai dan di penuhi dengan tanaman liar.
Waktu itu Arav baru menginjak usia lima tahun ia sangat suka naik ayunan apalagi bersama ibu nya sambil bercerita tentang masa-masa jaman dahulu, mata nya berkaca-kaca orang yang dingin dan arogan ternyata memiliki sisi lemah juga. Namun setelah itu ia teringat bagaimana ibu nya tidak lagi memperdulikan nya semenjak mengenal dunia model. Arav mengepalkan tangan nya sorotan mata nya kembali menajam.
Axel yang melihat perubahan Arav langsung menepuk bahu Arav menyiratkan bahwa semua nya akan baik-baik saja, ia masuk ke dalam rumah tersebut sedangkan Arav menghela nafas nya dan mengikuti Axel dari belakang.
Satu kata yang mereka lihat dari rumah tersebut. Tidak ada yang berubah. Ruang tamu, lorong menuju kamar kamar dan dapur, sangat sederhana memang tapi kenangan nya yang sangat istimewa, ya sebelum ibunya menjadi model terkenal.
Axel menghela nafas lagi "Jika kau tidak sanggup keluarlah, biar aku saja yang melanjutkannya" saran Axel yang melihat Arav kebanyakan diam dan melamun.
Arav sedikit tersentak dan lamunan nya buyar lalu ia berjalan mendahului Axel yang mencak mencak di belakang sana.
"Sepertinya Daddy sudah tau pergerakan kita" kata Arav sembari memeriksa semua kamar yang berada di dalam rumah tersebut.
Axel yang di belakang pun hanya mendengarkan saja, dalam hati ia setuju bahwa Daddy nya pasti sudah mengetahui pergerakan mereka. Apalagi koneksi Daddy nya sangat kuat.
"Dan kita sia-sia ke tempat ini" sambung Axel sambil mengeluarkan rokok nya dari saku, lalu ia mematikan mancis dan menghirup rokok nya.
Arav memasuki kamar paling ujung ia melihat seisi kamar tersebut sepertinya kamar ini baru saja di gunakan terlihat dari seprai dan gorden nya beda dari kamar yang lainnya.
"Kita terlambat" ucap Arav lagi.
Axel yang berada di luar pun ikut masuk ke dalam kamar tersebut, ya dapat di lihat jika kamar itu baru saja di gunakan.
"Kenapa Daddy mengurung seorang wanita?" tanya Arav.
Rasa nya Axel ingin menghantam kan Arav ke dasar laut "Ckk!!, Sepertinya kau perlu ku belikan kaca" kesal nya dan berlalu dari kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR' SPECIAL
Action[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 🚫Banyak adegan kekerasan, perkataan kasar, bijaklah dalam membaca. Seorang gadis kelahiran Indonesia terpaksa pergi ke Italia, hendak melihat sahabat nya. Namun, naas gadis itu malah terperangkap dalam dekapan seorang lucif...